4 tahun yang lalu
Oleh: Ramadhanty

Candi Cangkuang di Kabupaten Garut

Apakah kalian sudah tahu tentang candi cangkuang yang berada di Kabupaten Garut? Ketika saya akan pergi ke candi cangkuang bersama dengan teman-teman serta dosen saya, banyak pertanyaan yang terlontar dari keluarga serta kerabat yang berada di Jakarta. Hampir semua yang mereka tanyakan, pertanyaannya sama yaitu ”Memangnya di Garut terdapat candi?”. Mungkin masih banyak yang belum mengetahui tentang Candi Cangkuang ini, berbeda dengan Candi Borobudur yang namanya sudah bersahabat di telinga masyarakat luas bahkan mancanegara. Tapi jangan salah yaa, ternyata di Kabupaten Garut juga terdapat candi yang di namakan Candi Cangkuang. Mungkin yang belum mengetahui, akan penasaran bagaimana bisa candi tersebut di temukan di Kabupaten Garut. Mari kita bahas tentang Candi Cangkuang...

Candi Cangkuang merupakan peninggalan Hindu abad ke-8, di temukan kembali pada tanggal 9 Des 1996 ditemukan oleh Dr. Ukacandra Saswita beliau ahli Arkeologi Islam, beliau menemukan berdasarkan petunjuk dari sebuah buku yang di tulis oleh bangsa Belanda yang bernama Buderma sekitar tahun 1893, di dalam buku itu menyatakan bahwa di Candi Cangkuang terdapat makam Arif Muhammad dan Arcasiwa. Pada akhir buku tersebut menimbulkan tanda tanya yang membuat Dr. Ukacandra Saswita memutuskan akan melakukan penelitian. Proses penelitian dari tahun 1167-1998, pada saat proses penelitian di tahun 1168 di samping makam Arif Muhammad ditemukan pondasi candi yang berukuran 4,5 x 4,5 meter dan saat itu pula ditemukan puing-puing candi yang berserakan kemudian dikumpulkan dan yang terkumpul hanya sekitar 40% saja, namun dari 40% tersebut sudah mewakili dari candi tersebut. Kemudian diputuskan, untuk di bangun kembali dari yang asli hanya 40% dan 60% sisanya di bangun dan memiliki ukuran lebar 4,5 x 4,5 meter dan tinggi 8 meter dan arcasiwa disimpan di tengah candi. Sampai saat ini candi cangkaung masih belum diketahui peninggalan dari raja siapa dan darimana, karena tidak ada nya prasasti.

Oleh karena itu candi ini diberi nama Candi Cangkuang sesuai dengan nama tempat, yang dimana di temukan di Desa Cangkuang. Sedangkan nama Cangkuang sendiri berasal dari sebuah pohon sejenis pohon pandan yang bernama pohon cangkuang. Daun pohon cangkuang sendiri dapat dimanfaatkan untuk tudung, tikar, dan lain-lain. Serta buah pohon cangkuang yang sudah matang dimanfaatkan untuk obat antioksidan, obat batuk, obat untuk racun dan sebagainya. Candi cangkuang diresmikan pada tanggal 8 desember 1976 diresmikan oleh Mentri Pendidikan dan Kebudayaan pada saat itu Prof. Dr. Sarieptayeb. Pada abad ke 17 di Islamkan oleh Mbah Dalem Arif Muhammad yang memiliki nama Jawa Raden Arif Muhammad. Beliau seorang panglima perang dari kerajaaan Mataram dan Yogyakarta yang saat itu di perintahkan rajanya untuk menyerang tentara VOC akan tetapi mengalami kekalahan sehingga beliau tidak menginginkan untuk kembali ke Mataram. Sehingga beliau bersembunyi sambil menyebarkan agama islam, yang pada saat itu di Kabupaten Garut masih sangat sedikit yang memeluk agama islam. Penyebaran islam dengan kulturasi budaya sehingga islam dapat di terima di Kampung Pulo sehingga sampai saat ini penduduk sekitar kampung pulo beragama islam, namun kultur budaya hindunya sampai saat ini masih tersisa contohnya acara ritual. Acara ritual ini merupakan kearifan warga lokal karena di anggap dari ritual tersebut tersirat makna-makna baik, sehingga tidak perlu di hilangkan. Arif Muhammad di makamkan di bukit Kampung Pulo yang bersebelahan dengan Candi Cangkuang. Makam Arif Muhammad terpengaruh dengan tata letak Hindu permulaan, yang di letak kan di tempat yang tertinggi. Yang berbeda dengan makam lainnya pada bagian batu nisan, yang dimana terdapat 2 nisan namun tata letaknya tidak boleh tegak lurus, harus di condongkan ke tengah pemaknaannya adalah seperti ilmu pagi yaitu semakin berisi semakin merunduk. 

Bukti penyebaran islam oleh beliau terdapat al-qur’an, tauhid, ilmu nahwu, ilmu shorof, fiqih, khutbah, ilmu alat, doa-doa, dan khutbah yang panjangnya 1,67cm atau kurang lebih 3 m yang bertuliskan bahasa arab dengan berbahasa jawa. 

Kampung pulo merupakan perkampungan yang unik. Karena di dalamnya hanya ada 1 masjid dan 6 rumah yang tidak boleh bertambah serta tidak boleh berkurang, yang bangunannya benar-benar masih terjaga kelestariannya yang telihat dari bentuk rumah dan bahan pokok pembuatan rumah. Bangunan-bangunan di kampung pulo merupakan simbol dari anak Mbah Dalem Arif Muhammad. Beliau memiliki 7 anak diantaranya 1 anak laki-laki dan 6 anak perempuan, anak laki di lambangkan dengan 1 buah masjid dan 6 anak perempuan di lambangkan dengan 6 buah rumah yang semua rumahnya saling berhadapan. 1 rumah hanya boleh dihuni oleh 1 kepala keluarga, jadi apabila anak dari satu keluarga tersebut sudah menikah maka harus keluar dari Kampung Pulo tersebut dan tinggal di luar Desa Kampung Pulo. Dan yang berhak menempati rumah di kampung pulo adalah keterunan perempuan saja. Jika tidak mempunyai keturunan perempuan, maka harus mengadopsi anak perempuan dari luar kampung pulo. Di kampung pulo ini, terdapat adat istiadat yang terpelihara serta tidak boleh di langgar yaitu 5 pamali dan 5 pantangan : (1) Tidak boleh mendoakan orang yang meninggal pada hari Rabu. (2) tidak boleh memukul gong besar dari perunggu. (3) tidak boleh membentuk rumah seperti prisma. (4) tidak boleh menambah dan mengurangi bangunan pokok. (5) tidak boleh berternak hewan besar berkaki empat. Nilai dari kampung pulo ini cukup besar, karena candi hindu berdampingan dengan makam islam di tengah pulau yang berada di negara Indonesia. Toleransinya pun sangat erat, pengunjung yang berkunjung di kampung pulo ini yang beragama hindu dapat beribadah di candi cangkuang dan yang beragama islam dapat berziarah di makam Mbah Dalem Arif Muhammad.

Ramadhanty (20178300002)

UAS Ilmu Alamiah Dasar


@choyei

0 Komentar

Silahkan LOGIN untuk berkomentar.