5 tahun yang lalu
Oleh: Ramadhanty

Sosial Budaya di Aceh

Aceh yang terletak di bagian barat Nusantara, yang beribukotakan Banda Aceh memiliki begitu banyak kebudayaan di dalamnya. Letaknya yang strategis membuat aceh sebagai persinggahan para pedagang Eropa, India, dan Arab. Sehingga menjadikan daerah aceh yang pertama kali masuknya kebudayaan dan agama di Nusantara. Menjelang abad ke 9, perkembangan agama islam sangat menonjol yang di perkenalkan oleh pedagang gujarat dari Arab. Pada abad ke 17, pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda agama dan kebudayaan islam menuncak dalam kehidupan sehari-sehari sehingga mendapat julukan sebagai "Serambi Mekkah".

Rumoh Aceh (Krong Bade) memiliki banyak sekali keunikan. Atap rumah aceh terbuat dari daun rumbia, rumah aceh di buat tidak menggunakan paku melainkan menggunakan tali (rotan, tali ijuk, dan kulit pohon waru). Ukiran pada rumoh aceh melambangkan status ekonomi. Pintu masuk yang lebih kecil bertujuan bahwa tamu harus memberi hormat kepada pemilik rumah dengan membungkukkan badan. Biasanya pada depan rumoh aceh terdapat tong air yang bertujuab untuk membersihkan kaki dan tangan bertujuan supaya yang akan masuk ke dalam rumah dalam keadaan suci. Anak tangga yang selalu berjumlahkan ganjil, merupakan simbol sifat religius dari masyarakat aceh. Rumoh aceh bagian bawah berfungsi untuk menyimpan hasil panen dan untuk menenun kain bagi para wanita. Selain itu terdapat kroeng pade dan jeungki yang saling berdekatan. Kroeng pade yang berfungsi menyimpan hasil panen, dan jeungki yang berfungsi untuk menumbuk padi. 

Lonceng Cakra Donya merupakan hadiah dari laksamana Cheng Ho. Siapa itu Cheng Ho? Cheng Ho seorang sosok muslim yang taat, ia melakukan ekspedisi ke Aceh. Cheng Ho menyerahkan lonceng untuk kesultanan pasai. Nama cakra donya ini di ambil dari nama kapal perang yang di miliki aceh, pada saat itu di gunakan untuk alat memanggil jika ada hal-hal yang darurat terjadi di laut. Lonceng ini sempat di rampas oleh portugis dan di kembalikan kesultanan. Sekarang lonceng cakra donya berubah fungsi sebagai penanda panggilan untuk sholat dan masuknya waktu berbuka puasa.

Pesawat Udara RI-001 merupakan pesawat yang di beli dengan dana sumbangan rakyat Aceh mula-mula digunakan sebagai jembatan udara sebagai perjuangan fisik bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan.

Masjid Baiturrahman, sebelumnya pertama kali masjid yg di dirikan di aceh terdapat di kerajaan aceh, namun di hancurkan oleh portugis. Rakyat Aceh menjadi murka kepada portugis. Kemudian di bangunkan kembali oleh portugis mesjid yang luas, yang masih berdiri saat ini yaitu Masjid Bairurrahman.

Aceh memiliki begitu banyak pakaian adat. Aceh sendiri terbagi menjadi 18 kabupaten dan 5 kota. Berbagai macam alat tradisional yang di miliki seperti Dalung (tempat menaruh barang saat upacara adat), ceng (untuk menimbang sesuatu), langai/creh (alat membajak sawah), jeungki ruda (penggiling padi), bube (alat untuk menangkap ikan), ale tunjang (menumbuk padi), panyoet tanglong (lampu gantung tradisional aceh) dan masih banyak lagi.

Tarian aceh sebagian besar di lakukan dengan duduk. Rata-rata tarian aceh mempunyai maksud untuk menyebarkan agama islam lewat syair2 yang dibawakan. Seperti tarian saman, tari tarek pukat (terinspirasi dari tradisi nelayan), tari laweut, tari ratoh duek, tari rampai geleng, dan masih banyak lagi.

*Sosial Budaya di Aceh setelah Tsunami* Aceh yang di kenal dengan kentalnya syariat islam. Yang teratur rapih dengan tata cara berpakaian, bergaul dsb. Setelah tsunami, sosial kebudayaan di aceh sangat merosot. Walaupun jika di lihat dari fisik saja, aceh sudah di bangun kembali oleh pemerintah dan bantuan dari negara asing. Akan tetapi nilai-nilai moral masyarakat aceh sangat menurun. Jika dulu masyarakat aceh berbusana muslim sesuai dengan syari'at islam, kini sebagian masyarakat sudah berubah seperti artis negara barat. Dulu, di aceh tidak ada yang terjangkit penyakit HIV/AIDS sekarang sudah banyak yg terjangkit penyakin tersebut. Dulu, begitu banyak orang yang berbondong2 ke masjid namun sekarang lebih memilih duduk di warung kopi. Setelah tsunami, sebagian masyarakat aceh menjadi malas dan terus menerus mengharapkan bantuan yang menjadikan meningkatnya pengemis di Aceh, yang padahal tidak mengalami cacat fisik sesungguhnya. Dan masih banyak lagi perubahan sosial budaya setelah tsunami melanda Aceh.

Sekian dari saya, tentang sosial budaya di Aceh.

@choyei 

 

1 Komentar

Silahkan LOGIN untuk berkomentar.