Mungkin anda yang baca tulisan ini adalah salah seorang yang pernah begitu kesulitan belajar bahasa Inggris. Belajar di sekolah sudah cukup lama tapi tetap bicara dengan bahasa Inggris gak bisa bisa.
Ampun deh….
Jangankan untuk ngobrol dengan orang Inggris, membaca buku teks bahasa Inggris, atau nonton film berbahasa Inggris yang lumayan susah, bahkan untuk menjawab soal ulangan pilhan ganda saja sering pusing. Sangat jarang siswa di sekolah biasa, ketika menghadapi ujian pilihan ganda mendapat nilai 9-10.
Nilai teory saja seringkali kesulitan apalagi praktek berbicara, mungkin nyerah, keringatan dan sebel.
Kabar buruknya, permasalahan kesulitan bahasa inggris terjadi di banyak sekali sekolah selain sekolah unggulan yang memang siswanya di atas rata rata. Mungkin hal ini terjadi karena selama ini metode belajar bahasa Inggris di sekolah keukeuh pada satu metode yang sudah terbukti tidak berhasil. Bahasa Inggris dipelajari secara teory padahal bahasa Inggris itu perlu latihan. Hakekatnya bahasa itu keterampilan harus dilatih.
Sangat mengherankan dalam hal ini, hal yang gagal tapi terus menerus diulang metodenya dengan cara yang sama. Kegagalan yang terus dipelihara…
Coba anda ajak ngobrol siswa lulusan SLTA atau lulusan SLTP dalam bahasa Inggris, mereka kebanyakan kesulitan. Mungkin karena pelajaran theori itu sudah tidak relevan. Siswa kelas 1 belum memahami materi sudah keburu naik ke kelas 2, kelas dua masih belum memahami sudah naik ke kelas 3. Lama lama bukan makin faham malah makin banyak gak fahamnya, makin banyak belajar makin banyak lupa apa yang diajarkan.
Persis seperti lelucon makin banyak belajar makin banyak lupa, sedikit belajar sedikit lupa, makin belajar makin banyak yang tidak difahami. Tapi yakinlah, walaupun demikian, kabar baiknya seluruh siswa bisa bilang I love you. Sangat fasih, dan tentu saja yes, No, how do you do, how are you dan thank You.
Penasaran dengan masalah kesulitan bahasa Inggris. Saya bertanya pada ahli bahasa Inggris yang sangat out of the box hidupnya. Beliau sejatinya bukan ahli “konsep” pendidikan bahasa Inggris, tapi praktisi. Beliau bukan lulusan guru bahasa Inggris.
Saya memanggilnya Bu Desi, seorang Dosen Bahasa Inggris, latar belakang sebagai sarjana akuntansi, beliau juga pada saat yang sama mengajar Akuntansi. Pertanyaan saya kepadanya relevan karena beliau adalah ketua English Club di UNIGA. Club penyuka bahasa Inggris itu beranggo 30 orang mahasiswa yang berkomitmen dimanapun dan kapanpun mereka ketemu selalu dalam percakapan bahasa Inggris.
Yang seru dari english club, jumlah mereka dibatasi selalu 30 entah mengapa, saya sendiri belum pernah menanyakan, khawatir disebut KEPO yang menurut beberapa orang #525252;background:whitesmoke"> akronim dari Knowing Every Particular Object. Ungkapan untuk orang yang serba (ingin) tahu detail sesuatu. Masa jadi bagian dari rezim kepo… gak lah ya…
Kembali ke tips stategi belajar bahasa Inggris, saya penasaran mengajukan sebuah pertanyaan yang menurut saya sangat berat. Pertanyaan saya begini:
“mungkinkah bu kalau ibu dipercaya menjadi penentu keputusan jadi pemimpin belajar bahasa Inggris di Kabupaten Garut, dengan metode ibu, dapatkah membuat 50% anak lulusan SMP mempunyai kecakapan bahasa Inggris lebih baik, setidaknya conversation sudah di level intermediate?”
Saya penasaran juga mendengar jawabannya, dan dengan optimis beliau berkata, Yes.. bisa, tapi cara pembelajarannya dirubah dari teori menjadi praktikal. Ya sesederhana itu jawabannya. Jawaban model begini yang membuat saya senang, jawaban yang menyenangkan itu ada beberapa kaidah:
1. to the point tidak bertele tele
2. optimi dan tidak ragu ragu
3. out of the box
4. Bisa dilaksanakan
5. Ukuran Keberhasilannya sangat jelas
Mungkin kalau pertanyaan
saya ajukan dalam sebuah diskusi ahli yang akan keluar adalah jawaban
jlimet yang mutar-mutar. ijinkan saya
mengira ngira jawaban dalam diskusi akademis dengan para ahli pendidikan formal biasanya
seperti ini:
“Kita harus melihat
secara komprehensif masalah masalah yang terjadi, sehingga diperlukan assesment
secara mendalam mengenai variabel variabel yang berpengaruh pada peningkatan
efektivitas belajar mengajar bahasa Inggris di SMP, di samping itu kita harus
melihat, kesiapan guru, kesiapan laboratorium, kesiapan dan kultur siswa dan
juga anggaran yang cukup besar, pada dasarnya semua sudah ditetapkan sesuai
dengan aturan standar pendidikan sebagaimana diamanahkan oleh UU SISDIKNAS,
dimana di dalammya dapat diturunkan ke dalam 8 standar pendidikan, yang
mengatur secara rinci, .
Pusingkan!
Nah ini dia masalah
masalah pendidikan bahasa Inggris, terlalu konseptual dan senang dengan hal hal pusing, bertele tele
penuh teory, sehingga hal sederhana saja menjadi terlihat jlimet.
Lalu, bagaimana dengan
masalah kurangnya laboratorium bahasa di sekolah, rasio guru murid yang
terbatas, dan kesiapan anak, kesiapan
sekolah, kesiapan guru lain.
Nampaknya hal itu bukan
kendala berarti, karena ada youtobe, ada
ribuan sumber belajar dan ada ribuan jam dalam hidup siswa yang dapat dioptimasi. Sumua masalah belajar bahasa Inggris selesai
ketika ada komitmen, kemauan, dan inisiatif.
Selamat praktek, sekali
lagi praktekan!
Silahkan LOGIN untuk berkomentar.
Laporkan Komentar
Laporkan Komentar