3 tahun yang lalu
Oleh: Norma Fajri Arianti

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (3)

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bertemu lagi bersama saya. Kali ini saya akan menyampaikan hasil wawancara saya bersama seorang siswa sekolah menengah. Ia bernama Tryas Septiani yang menduduki jenjang kelas X OTKP (Otomatisasi dan Tata Kelola Perkantoran) jurusan Akuntansi Perkantoran di SMK Karya Guna 2 di daerah Bekasi Timur. Jumlah siswa pada jurusan tersebut ada 33 siswa yang terdiri dari 30 siswa perempuan dan 3 siswa laki-laki. Jurusan ini diharapkan dapat mengahasilkan lulusan siswa yang ahli dalam bidang bisnis dan manajemen seperti pengetikan naskah atau dokumen, penanganan telepon, penataan dan pengelolaan surat atau dokumen, penataan dan pengelolaan arsip, penanganan perjalanan bisnis, penanganan dana kas kecil, penyiapan pertemuan atau rapat, penanganan aplikasi serta penanganan informasi melalui internet. Di masa pandemi seperti sekarang ini, kegiatan pembelajaran tidak berlangsung secara normal. Hampir di setiap sekolah dilakukan pembelajaran daring di rumah. Guru harus pintar dan kreatif dalam menggunakanan berbagai media belajar untuk membantu siswa memahami materi. Namun, kegiatan pembelajaran ini tidak berjalan dengan mudah. Ada faktor-faktor yang mempengaruhi baik dari pihak guru, pihak siswa maupun sekolah yang dapat membuat proses pembelajaran menjadi tidak optimal. Menurut adik Tyas, selama pandemi dari awal pengajaran baru, ia hanya bertemu atau tatap muka langsung dengan guru pada saat kegiatan praktek saja. Selebihnya, pembelajaran dilakukan secara daring melalui aplikasi google classroom. Banyak permasalahan belajar yang muncul, yang paling utama adalah kesulitan dalam memahami materi yang diberikan. Hal ini karena guru hanya memberikan penjelasan singkat mengenai sebuah materi dalam bentuk file word maupun power point. Tidak ada penjelasan mendetail yang diberikan oleh guru. Sebenarnya hal ini baik, karena dapat meningkatkan motivasi dan tanggung jawab siswa untuk belajar mandiri. Namun demikian, penjelasan dari guru juga sangat penting dan dibutuhkan oleh siswa. Lalu sumber belajar hanya bergantung kepada guru, tidak ada buku paket yang diberikan kepada siswa sehingga siswa merasa kesulitan untuk belajar. Kemudian masalah selanjutnya adalah tidak pernah dilakukan zoom meeting, sehingga interaksi yang terjadi antara guru dan siswa hanya satu arah saja. Sehingga guru hanya dapat mengevaluasi dari ranah kognitif saja yaitu melalui tugas-tugas yang diberikan. Masalah yang berikutnya adalah terletak pada kompetensi profesional guru yaitu guru tidak memberikan informasi saat tidak bisa mengajar siswa dan tidak tepat waktu (telat) saat memulai pembelajaran. Hal ini dapat menyebabkan penyampaian materi menjadi tersendat atau lambat dan tidak mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Selain itu, masalah yang paling krusial adalah kualitas jaringan internet di Indonesia yang masih rendah yaitu 20,1 Mbps dibandingkan dengan negara-negara lain. Sehingga guru dan siswa mengganggap pembelajaran akan lebih mudah dilakukan hanya lewat percakapan saja. Kemudian masalah pembelajaran yang masih dialami oleh adik Tyas adalah penggunaan aplikasi Microsoft Office yang lebih spesifik seperti penggunaan shortcut. Sebab, aplikasi tersebut harus dikuasai sebagai penunjang jurusan yang dipilih. Maka dari itu, diperlukan kegiatan praktek dan pelatihan-pelatihan secara kontinu. Terakhir adalah harapan dari adik Tyas agar pembelajaran menjadi menyenangkan, nyaman dan optimal yaitu pandemi segera berkahir agar bisa dilakukan pembelajaran tatap muka langsung dan bersosialisasi bersama dengan teman-teman yang lain.

Sekian wawancara saya bersama adik Tyas, semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca.

Wassalamua’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


#tugasptk3 #education

@choyei 

0 Komentar

Silahkan LOGIN untuk berkomentar.