3 tahun yang lalu
Oleh: Sulaiman

Memilih media efektif untuk Kegiatan Belajar Mengajar Dalam Jaringan

Corona Virus 2019 (COVID-19) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh sindrom pernapasan akut parah coronavirus  2 (SARS-Cov-2) kasus pertama  diidentifikasi di Wuhan, Cina pada bulan desember 2019, gejala umumnya demam, batuk, kelelahan, kesulitan bernapas dan kehilangan penciuman dan rasa. Gejala mulai muncul satu hingga empat belas hari setelah terpapar virus,. COVID 19 menyebar memalui berbagai cara, teruatama memalui air liur dan cairan serta ekskresi tubuh lainnya. 


Cairan ini dapat membentuk tetesan kecil dan aerosol yang dapat menyebar saat orang terinfeksi bernapas, batuk, bersin, saat bernyanyi atau bicara, Virus juga dapat menyebar melalui fomites (permukaan yang terkontaminasi) dan kontak langsung. infeksi terutama  terjadi ketika orang orang berdekatan cukup lama. Tindakan pencegahan termasuk social distancing, karantina, ventilasi ruang dalam ruangan, menutupi batuk dan bersin, mencuci tangan  dan menjauhkan tangan yang belum dicuci dari wajah. Penggunaan masker atau penutup wajah telah direkomendasikan ditempat umum untuk meminimalisir resiko penularan.  


Sejak awal Januari 2020, COVID 19 teridentifikasi di depok Indonesia, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan untuk merumahkan tenaga pendidik dan peserta didik, sehingga terputusnya tatap muka antara peserta didik dan pendidik yang pada saat kondisi normal bertatap muka selama 5-6 hari dalam sepekan,  sehingga mengakibatkan proses pembelajaran mengalami penurunan dari sisi kehadiran di sekolah, berbagai media sosial digunakan untuk malakukan proses belajar mengajar yang efektif minimal, mulai dari WhatsApp, ZOOM, GoogleClassroom dan lainya, proses belajar dalam jaringan pada umumnya sangat memberikan dampak membantu dimasa pandemic namun demikian  ditemukan juga permasalahan yang muncul terkait penggunaan aplikasi  pembelajaran,  yang jadi fokus  bahasan dalam tulisan ini terkait whatsApp, zoom dan GoogleClassroom, sebagai berikut  :

WhatsApp merupakan aplikasi yang dikembangkan oleh WhatsApp Inc. yang dirilis pada Januari tahun 2009, pendiri WahatsApp Jan Koum dan Brian Actor, WhatsAp adalah aplikasi pesan bergerak yang diakusisi oleh Facebook Inc. pada februari 2014, merupakan aplikasi dengan proses paling efektif dan cepat karena tugas atau materi pembelajaran akan cepat  terbaca untuk  dikerjakan oleh peserta didik, dengan  tatacara penggunaan yang sangat mudah sehingga diperkirakan semua pendidik dan peserta didik di Indonesia menggunakan aplikasi WhatsApp.


WhatsApp menjadi pilihan aplikasi yang sangat banyak digunakan untuk proses pencapaian materi pembelajaran minimal dari tingkatan SD, SMP, SMA sampai pada PT, karena Aplikasi WhatsApp menawarkan kemudahan dalam mengoperasikan sampai tatacara mengirim tugas selama pembelajaran berlangsung, aktifitas pembelajaran menggunakan WhatsApp ini dilanjutkan dengan aktifitas pembelajaran Luring pembelajaran jarak jauh dengan pendidik menyiapkan modul, buku digital dan lainya untuk mempercepat tercapainya materi pembelajaran dan peserta didik mengumpulkan tugas secara tatap muka melalui salah seorang peserta didik yang ditunjuk sebagai ketua kelompok untuk mengirim tugas ke sekolah, sehingga evaluasi pembelajaran menjadi penting dilakukan untuk memantau perkembangan kemampauan peserta didik dalam mengikuti secara serius selama pembelajaran berlangsung  


Zoom Video Communication (ZOOM) adalah sebuah perusahaan teknologi komunikasi, perusahaan ini menyediakan layanan perangkat videotelefoni dan obrolan daring berbasis P2P komputasi awan yang digunakan untuk telekonferensi, bekerja jarak jauh, belajar jarak jauh, dan berhubungan sosial. Layanan ini diberikan gratis untuk pertemuan konferensi video hingga 100 pengguna, dengan dibatasi waktu penggunaan hingga 40 menit, untuk memperpanjang waktu pertemuaan pengguna dapat menggunakan skema berlangganan sesuai peraturan perusahaan, zoom didirikan oleh insinyur  dan mantan eksekutif perusahaan Cisco Weber, Eric Yuan, pada tahun 2011, dan meluncurkan layanan perangkat lunak sejak tahun 2013, sejak tahun 2020 penggunaan layanan zoom terus meningkat sejak pandemi corona virus  merebak di dunia, zoom menjadi aplikasi layanan tatap muka secara daring yang paling banyak digunakan, 

Penggunaan layanan zoom, pada masa pandemi  zoom digunakan untuk pembelajaran disekolah dan paling banyak digunakan untuk rapat rapat dan lebih banyak diperguruan tinggi dan lembaga pendidikan pelatihan untuk masyarakat berskala besar.  Penggunaan zoom di lembaga pedidikan tingkat sekolah menengah membutuhkan pendekatan lanjutan karena butuh waktu untuk terus menerus mengoperasikan zoom dan  memahami cara kerja aplikasi tersebut, sehingga akan menjadi lebih efektif, apabila lembaga pendidikan menggunakan aplikasi tatap muka dalam jaringan dengan zoom, karena kehadiran peserta akan terpantau secara langsung, materi pembelajaran dapat ditayangkan secara langsung dalam bentuk slide dan proses evaluasi dapat dilakukan secara langsung dalam jaringan.


GoogleClassroom, adalah layanan web gratis, yang dikembangkan oleh google untuk sekolah, yang bertujuan untuk menyederhnakan membuat, mendistribusikan dan menilai tugas tanpa harus bertatap muka. Tujuan utama GoogleClassroom adalah untuk marampingkan proses berbagi file antara pendidik dan peserta didik, GCR menjadi pilihan pembelajaran, namun demikian butuh waktu untuk melakukan pendekatan maksimal antara pendidik dan peserta didik untuk menguasai cara mengoperasikan aplikasi GCR, sehingga kemampuan dalam memahami proses mengoperasikan, akan menjadi mudah dalam mendistribusikan tugas dan menilai tugas tanpa harus tatap muka. GCR merupakan aplikasi gratis yang dapat dioperasikan secara mudah bagi yang telah mempelajarinya, hanya dengan modal email pribadi, merupakan langkah mudah untuk mendaftar sebagai pengguna layanan GCR.


Masalah yang paling umum ditemukan  pembelajaran  dalam jaringan adalah, kemampuan mengoperasikan aplikasi belum maksimal, fasilitas yang dimiliki oleh peserta didik  misalnya peserta didik tidak memiliki HP android, jaringan internet belum tersambung ditempat tinggalnya, hal itu menjadi masalah bagi peserta didik yang juga sangat menghambat proses belajar melalui jaringan,  permasalahan tersebut menjadi opini di media yang cukup mendapat respon positif dari pemerintah untuk menyediakan perangkat Android bagi siswa dan  menata kembali jejaring internet secara nasional, 


Hambatan utama yang paling sering ditemui yakni kebiasaan pedekatan belajar tatap muka dikelas pada saat normal, menjadi kendala  untuk melakukan pendekatan pembelajaran dalam jaringan, sehingga membutuhkan waktu untuk meningkatkan kebiasaan baru dalam pembelajaran, kesiapan media pembelajaran yang  sesuai dengan kebutuhan aplikasi juga menjadi hambatan berikutnya.

Pandemi Covid19 telah berlangsung beberapa bulan terakhir ini seiring dengan waktu  para pendididik dan peserta didik dirumahkan, proses pembelajaran dalam jaringan menjadi pilihan utama dalam meningkatkan capaian materi, sehingga pola pendekatan  penguasaan terhadap aplikasi  untuk belajar dan slide materi, modul dan lainya, yang sesuai dengan aplikasi menjadi ruang pekerjaan baru yang sulit untuk dihindari, akan sangat mudah diatasi dengan mempelajari tutorial semua aplikasi secara mandiri melalui media Youtube secara seksama dan menyeluruh, mengikis kebiasaan lama pembelajaran tatap muka normal menjadi  kebiasaan baru  dengan dinamika perkembangan teknologi kekinian, sehingga lahirnya kebiasaan baru yang tentunya akan sangat bermanfaat bagi tradisi pembelajaran dengan berbagai cara tatap muka dikelas, daring dan lainnya sebagai penunjang pembelajaran baik dimasa pandemi maupun pada ,asa normal nanti.


Selanjutnya patut disyukuri bahwa ketertinggalan kita, terkait media pembelajaran melalui daring dengan Negara maju menjadi lebih menipis dan menjadi sangat mungkin kemampuan standar dalam penggunaan aplikasi pembelajaran menjadi sama dengan Negara maju lainnya.

Wallahu’alam


0 Komentar

Silahkan LOGIN untuk berkomentar.