3 tahun yang lalu
Oleh: Subandoyo

KEBUDAYAAN SAMPAH KEBUDAYAAN KITA


Kita sepakat melihat pantai tanpa sampah seperti gambar di aceh jaya ini sangat indah,   pantai pasir putih dan biru lautan tanpa sampah seperti di laut jakarta, sungguh sangat eksotik. Pemandangan yang agak susah ditemui di laut jawa, dimana sampah telah merasuk terlalu jauh di kota, di desa, dan dimanapun kehidupan manusia bermukim, disitulah sampah menjadi problem utama.

Sampah yang sering kita temui di sudut sudut kota, di pinggiran jalan dan di sungai sungai tidak datang tiba-tiba.  Sampah berasal dari industri makanan enak, dan mampir ke rumah-rumah, dinikmati isinya, lalu bungkusnya dibuang. Bungkus makanan enak itulah sampah.  Sebaian makanan enak itu tidak habis kita makan karena kekenyangan, lalu kemudian sisa makananya dibuang, maka sisa makanan itupun adalah sampah!

Semua barang berharga selalu dibungkus dan dikemas secara menarik. Plastik, dus, karton, botol, almunium voil adalah kemasan yang umum.   Mayoritas kemasan dikasih warna menarik dan mencitrakan hal positif.  Kemasan minuman bergambar buah segar, kemasan manakan ringan dengan aneka gambar masakan, hanya kemasan rokok barangkali yang paling tidak menarik. Selebihnya kemasan itu membuat orang jatuh cinta pada pandangan pertama.

Kemasan mahal itu kemudian setelah dibuka dalam sekejap menjadi sampah.  Jadi sejarah sampah itu adalah barang berharga, melekat pada perhiasan yang disukai, membungkus sparepart sepeda kegemaran, mungkin ia adalah bungkus baju jutaan rupiah, wadah makanan cepat saji yang disukai, atau bisa juga bungkus kiriman paket pencuci wajah, yang merubah wajah agak kehitaman menjadi glowing.

Habis manis sepah dibuang, itulah nasib berbagai kemasan yang segera dibuang menjadi sampah! Dulunya sangat berharga, sangat diperlukan, sangat keren bahkan sangat ciamik, lalu teronggok dipinggir jalan, dibuang ke sungai. Bukan saja dibuang, sampahpun dibenci. Orang melewati tempat sampah pun enggan, jika pun lewat dia terpaksa lewat karena satu urusan, maka mereka akan menahan nafas, memalingkan pandangan. Lalu dengan tergesa-gesa melewatinya. Kalau dia naik motor, maka motornya dicepatkan agar segera melalui sampah, kalau dia berjalan maka dia akan berlari.

Bau menghirup sampah!

Di musim hujan, sampah disalahkan karena menyumbat saluran air, menyebabkan banjir, dan pemandangan kumuh.  Sampah sering menjadi trending topik, selebrity yang dibincangkan, dikeluhkan tetapi juga diproduksi dengan suka hati, setiap hari, seiring nafsu konsumsi yang menjadi jadi bahkan disaat pandemi.

Di jalan dekat perumahan saya, setiap hujan turun deras, tumpukan sampah di pinggir jalan terbawa air memenuhi badan jalan.  Sudah bertahun tahun, karena sampah diangkut sehari sekali, nah kalau hujan turun sore sore sampah baru di lahan terbuka tidak sempat diangkut, keburu menyebar kemana mana. . Bukan hanya di dekat perumahan saya, di pinggir pinggir permukiman lain saya selalu menyaksikan tumpukan sampah luar biasa.

Sampah itu, mungkin sebuah tanda, bahwa kita tidak suka berterima kasih pada kehidupan, juga pada berbagai hal yang kita abaikan, padahal pernah sangat berjasa, kita campakan menjadi sampah!

#desabebassampah

0 Komentar

Silahkan LOGIN untuk berkomentar.