3 tahun yang lalu
Oleh: putri aisyah kinanti

Perkembangan pola pikir barat dan islam

ilmu pengetahuan dari

perspektif Barat Modern, setidaknya, tidak akan terlepas pada bahasan mengenai

konstruksi dan struktur fundamental ilmu serta asumsi-asumsi dasar atau struktur

logis proses keilmuan. Bahasan pertama termasuk pada persoalan ontologi ilmu,

sedangkan bahasan kedua termasuk pada persoalan epistemologi ilmu. Namun, alihalih mengambil banyak pendapat mengenai struktur fundamental suatu ilmu, penulis

memilih salah satu tokoh saja, yaitu Archie J. Bahm.

Menurut Bahm, suatu ilmu memiliki enam elemen konstruksi dan struktur

fundamental. Dengan enam elemen tersebut, sesuatu baru dapat disebut sebagai

ilmu. Enam elemen tersebut adalah, 

1) terdapat masalah, 

2) adanya sikap ilmiah, 

3) penggunaan metode ilmiah, 

4) aktivitas, 

5) kesimpulan, 

dan 6) pengaruh. 

Bagi Bahm, setiap masalah tidak mesti termasuk masalah ilmiah. Syarat masalah ilmiah

menurut Bahm adalah masalah yang dapat dikomunikasikan dan capable, serta

disuguhkan dengan sikap dan metode ilmiah.



Sementara mengenai sikap ilmiah, Bahm mensyaratkan adanya enam

karakteristik, yaitu:

1) kuriositas, 

2) spekulatif, 

3) kemauan untuk objektif, 

4) keterbukaan, 

5) kemauan menunda penilaian dan 

6) relatif. 

Terkait dengan penggunaan metode ilmiah, Bahm menawarkan lima langkah, yaitu:  menyadari ada masalah, menguji masalah, mengusulkan solusi, menguji usulan, dan 

memecahkan masalah. Selanjutnya, yang dimaksud Bahm dengan aktivitas adalah

aktivitas ilmiah, baik secara individu maupun sosial.



Menurut Al Makin, orang-orang Barat, pada awalnya hanya

didorong oleh kuriositas, lalu berkembang motif ekonomis, pendudukan dan

kekuasaan. Kalau pun saat ini tidak berbentuk fisik, setidaknya telah berlangsung

hegemoni kognitif terhadap dunia keilmuan non-Barat. 

Hal ini berarti pandangan

dunia Barat telah melakukan hegemoni terhadap pandangan dunia non-Barat.

Proses hegemoni tersebut teridentifikasi melalui tiga alur, yakni: 

1) alur sekularisasi kebudayaan, 

2) alur positivisme, baik ontologis, epistemologis maupun

aksiologis, 

dan 3) alur saintisme keilmuan. 

Ketiga alur hegemoni tersebut tidak

terpisahkan satu dengan lainnya melainkan mewujudkan sebuah sistem hegemoni

sedemikian rupa.


0 Komentar

Silahkan LOGIN untuk berkomentar.