5 tahun yang lalu
Oleh: Aa Subandoyo

KADANG UANG ADALAH RACUN YANG MEMBUNUH PEMBERDAYAAN DESA


Suatu siang diskusi pemberdayaan

di Desa Sindangpalay Karangpawitan Garut

Menemukenali masalah-masalah

Mencari ide-ide baik untuk pemberdayaan lebih tepat

 

Sudah saatnya pemberdayaan desa didefinisikan ulang secara mendasar

Agar dapat menjemput impian untuk membangun peradaban dari desa-desa

Uang memang penting, tapi kalau sekedar ada uang bisa menjadi racun, yang membunuh esensi  pemberdayaan itu sendiri.

 

Diskusi dengan sekdes muda itu sampai pada sebuah kesimpulan bahwa pemberdayaan desa itu bukan hanya tentang menyediakan uang besar untuk warga.  Tapi membawa spirit perubahan, menghadirkan semangat, dan optimisme serta komitmen.  Jika pemberdayaan sekedar uang maka telah lama dinas pemberdayaan dibubarkan, karena uang sudah banyak diberikan ke desa.

Pengembangan Bumdes juga sama. Belum tentu uang besar akan membuat bumdes kuat dan tumbuh. Ada yang lebih penting dari uang, yaitu idea, komitmen, jaringan, kesugguhan dan seeperangkat keterampilan. Uang hanya bagian kecilnya.

Tanpa idea maka uang tak lebih dari beban administratif, tanpa komitmen uang akan jadi sumber persoalan, tanpa jaringan uang tidak bisa digulirkan dan tanpa kesungguhan maka rencana bisnis apapun sekedar menjadi narasi.

Tercenung saya ketika dihadapkan pada sebuah cerita sang sekdes, bahwa seringkali ketika warga diberi kesempatan dalam sebuah musbangdes. Mereka diminta untuk  menceritakan mimpinya membangun desa. Banyak diantara mereka yang “kebingungan”, mereka tidak punya mimpi besar pegembangan kawasan, mereka  kesulitan merumuskan mimpinya sendiri.

Mereka banyak yang tidak tahu harus memulai dari mana, padahal dana ada.  Bukankah ini sangat berbahaya kalau kemudian direncanakan sekedar untuk menyerap anggaran. Bukankah fakta itu selayaknya menjadi perenungan mendalam para pelaku desa, menjadi pertanyaa besar. Fakta yang membuat kita harus terus berfikir untuk membantu warga mempunyai mimpinya sendiri.

Kalau warga “dengan segala keterbatasannya” sudah kesulitan. Diperlukan visi-visi besar kepala daerah tentang desa masa depan yang juara dunia.  Visi keren kepala dinas untuk membuat desa lebih beradab dan berkah, visi membumi camat untuk mengelola target dari desa ke desa, juga mimpi paling genuide dari kepala desa.

Kalau visi yang ditulis di berbagai standing banner seluruh instansi itu  tidak membawa energi perubahan, kalau visi terlalu abstrak dan bahkan absurd, kalau visi terlalu retoris dan naratif, visi pun dapat menyesatkan, sekalipun dirumusan dengan kata-kata indah!

Definisikan ulang!

2 Komentar

Silahkan LOGIN untuk berkomentar.