Pekikan puisi tentang kemerdekaan
Malam tadi sungguh mengajak kita termenung
Puisi Rendra, memang sangat mahir mengekspresikan kata kata
Tetang perjuangan memerdekakan pikiran dan jiwa kita sesungguhnya
Panggung perayaan kemerdekaan Perumahan Jati Putera Asri Desa Cibunar menampilkan sesuatu yang berbeda tahun ini, ada pembacaan puisi. Tampilan musikalisasi puisi Rendra dengan tema kemerdekaan dibacakan sangat heroik, sesekali terdengar suara melengking penuh semangat dan penjiwaan. Dari pangung, para tokoh budaya menyuarakan juga kepedihan, dan tugas-tugas kehidupan yang harus diambil. Keren....mendengarkan puisi Rendra, kegelisahan dan bahkan kepedihan kita selalu terwakili dengan sempurna, puisi yang selalu penuh gugatan, mengetuk nurani kita dengan keras, untuk terus peduli pada alam, pada kehidupan dan pada pikiran dan jiwa kita.
Puisi Rendra selalu mengajak kita merenung, dan terus merenung lebih dalam lagi
Puluhan anak-anak seusiaan SD duduk di jalanan dan berada pada barisan paling depan, menyimak dengan sangat serius. Anak-anak harapan kita semua, masa depan Indonesia menyimak karya sastra “kelas berat” yang biasanya didengarkan oleh para mahasiswa kritis dan aktivis. Kerennya anak anak itu sangat antusias menyimak bait demi bait puisi yang dibacakan dari atas panggung. Pemandangan itu sungguh mengharukan, wajah wajah polos menyimak tema-tema sosial dan kebangsaaan yang berat.
Mungkin anak-anak lebih melihatnya sebagai seni pertunjukkan, seni membaca puisi. Mereka sangat terlibat dengan suasana panggung dengan tampilan para seniman membawakan alunan musik pengiring yang pas, dengan penuh penjiwaan. Anak-akan malam tadi diajari bagaimana membawakan puisi yang benar. Mereka juga dikenalkan dengan tema-tema sosial yang melekat dalam sebuah puisi, dan tentu akan sangat baik karena mereka dilatih untuk belajar mengapresiasi karya sastra sejak dini.
Agustus selalu jadi momentum kita kembali bertanya lagi, tentang arti kemerdekaan, tentang sejarah perjuangan, dan tentang tugas-tugas mengisi kemerdekaan. Tugas menjamin bahwa tidak boleh ada yang terlantar di negeri ini, tidak boleh ada fakir miskin yang kehilangan harapan, tugas untuk memastikan bahwa setiap anak bangsa mendapat keadilan, dan menikmati kehidupan “sepotong surga” Indonesia.
Puisi Rendra tadi malam, ternyata masih relevan untuk kita dengarkan dengan seksama. Isi puisi ternyata makin sesuai dengan masalah jaman now. Bukankan kita hari ini masih menghadapi kemiskinan. Kita juga melihat para petani yang tanahnya tinggal sepetak, tentang para koruptor yang hidup terhormat, tentang kepedulian yang mulai hilang, juga tentang jiwa yang sudah banyak terbelengggu keadaan.
Agustus ini, semoga menjadi momentum perubahan, untuk lebih mencintai sesama anak bangsa, melintasi kepentingan politik praktis untuk tujuan-tujuan yang jauh lebih besar. Tujuan yang dapat kita raih dengan kerjasama, dengan saling berbagi dan saling cinta. Apapun partainya, siapapun pilihan presidennya!
Silahkan LOGIN untuk berkomentar.