5 tahun yang lalu
Oleh: Aa Subandoyo

LELAKI DEWASA, GAK BOLEH PAKAI CELANA PENDEK DI GAMPONG INI!


Untuk kali kedua, melewati malam tahu baru sangat berbeda.  Di kota tanpa pawai di jalan-jalan, tanpa petasan, tanpa kembang api, tanpa hiburan apalagi ketawa ketiwi cekikikan.  Sebagian orang melewati malam tahun baru dengan berdzikir di mesjid-mesjid. Itulah sekilas gambaran tahun baru di Aceh.

 

Malam penghujung tahun 2017 di Kota Calang Kabupaten Aceh Jaya Provinsi NAD, hujan turun cukup deras.    Sebelumnya penghujung tahun 2016 melewatinya di Banda Aceh karena harus mengisi acara pelatihan Bumdes Aceh Timur selama satu minggu di Hotel Hermes.

Saya terlibat obrolan kontemplatif dengan salah satu kepala desa (dalam bahasa aceh sering disebut Keuchik) dari Gampong (desa) Kualabakong,  pak Muchtar Ahmadin  sebagai seorang keuchik  yang lahir dan besar di Aceh Jaya sangat nyaman dan menyenangkan diajak ngobrol.  Saya selalu asyik berada di Aceh karena di sini karena ada banyak tema yang hanya bisa didiskusikan.    

Siapa yang tidak kenal dengan sejarah aceh disitu ada kisah heroik laksamana Malahayati yang pada masanya memimpin 2.000 orang pasukan Inong Balee (janda-janda pahlawan yang telah syahid) berperang melawan kapal-kapal dan benteng-benteng Belanda tanggal 11 September 1599.  Beliau bahkan dicatat sejarah membunuh Cornelis de Houtman dalam pertempuran satu lawan satu di geladak kapal. Dia mendapat gelar Laksamana untuk keberaniannya ini, sehingga ia kemudian lebih dikenal dengan nama Laksamana Malahayati.

 

Aceh juga mempunyai  perbincangan tema perlawananan masa penjajahan belanda yang penuh dengan cerita heroik  dalam berjihad.   Pada  hampir setiap perjumpaan dengan pasukan belanda rakyat aceh melawan.  Kita  mengenal Cut Nyak Dien, Cut Mutia, Teuku Umar dan bahkan ada salah satu pejuang lagi yang tidak banyak dikenal. Seorang perempuan aceh hebat bernama Pocut Meurah Intan.  Beliau  termasuk tokoh dari kalangan kesultanan Aceh yang paling anti terhadap Belanda. Hal ini di sebutkan dalam laporan colonial "Kolonial Verslag tahun 1905", bahwa hingga awal tahun 1904, satu-satunya tokoh dari kalangan kesultanan Aceh yang belum menyerah dan tetap bersikap anti terhadap Belanda adalan Pocut Meurah Intan. Semangat yang teguh anti Belanda itulah yang kemudian diwariskannya pada putera-puteranya sehingga merekapun ikut terlibat dalam kancah peperangan bersama-sama ibunya dan pejuang-pejuang Aceh lainnya.

 

Pocut Meurah Intan dan saudaranya Tuanku Budiman dan juga seorang keluarga sultan yang bernama Tuanku Ibrahim di buang ke Blora di Pulau Jawa berdasarkan Surat Keputusan Pemerintah Hindia Belanda, tanggal 6 Mei 1905, No. 24. Pocut Meurah Intan berpulang ke-rakhmatullah pada tanggal 19 September 1937 di Blora, Jawa Tengah dan dimakamkan di sana.

 

Perbincangan tentang Aceh bahkan terus ada sampai masa kemerdekaan, cerita tentang konflik di Aceh dan Gerakan Aceh Merdeka.   Dalam obrolan tentang masa konflik, dengan serius pak Keuchik Koalabakong berkata: “kalau masih konflik, bapak tidak bisa pulang hidup-hidup” kata pak Keuchik kepada saya.  Duh, bergidik juga membayangkan diculik di saat konflik.  “iya akan kita culik sekalipun bapak muslim, karena kita kan perang bukan dengan kafir tetapi dengan orang jawa” ungkapnya  menegaskan!

Aceh memang terlampau unik dengan segala macam sejarah dan kehidupan masyarakatnya.  Juga tentang pelaksanaan dan spirit syariat Islam yang juga menjadi satu-satunya dibanding dengan 34 provinsi lain di Indonesia. Aceh juga punya sejarah dimana masyarakat aceh secara heroik mengumpulkan berbagai perhiasan secara sukarela untuk membeli dua buah pesawat untuk Republik Indonesia di awal kemerdekaan. Kecintaan  dan heroisme warga Aceh juga  menjadi sejarah, termasuk bagaimana tokoh Aceh  Teuku Markam, yang lahir pada tahun 1925 di Seuneudon, Alue Capli, Panton Labu, Aceh Utara menyumbang 28 Kg emas murni untuk pelapis Monumen Nasional.  

 

Gampong  Kualabakong Kecamatan Sampoinet

Kualabakong (bakong: tembakau)  merupakan salah satu Gampong pinggir pantai yang berjarak sekitar  KM 118  dari Banda Aceh  arah Meulaboh.. Jalur ini termasuk di pantai Barat yang jauh lebih eksotik dibanding dengan pantai timur.  Bagi yang akan ke kualabakong akan disuguhi pesona pemandangan laut sangat eksotis dari tebing  Gerutee,  meweti kecamatan Lamno Jaya yang dulu sebelum Tsunami dikenal dengan gadis bermata birunya. Baru kemudian melewati , Kecamatan Indrajaya,  dan Kecamatan Sampoiniet yang di dalamya ada Gampong Kualabakong.     Desa ini menjadi salah satu wilayah yang terkena Tsunami sangat parah. Pak Keuchik  pada masa itu bahkan ikut hanyut terbawa gelombang stunami sekitar 4 KM sebelum terhempas di permukaan tanah yang agak tinggi.   Beliau sekeluaga  6 bersaudara hanya menyisakan dua orang yang selamat selebihnya berikut Ibu dan Bapaknya menjadi korban musibah Tsunami yang sangat besar. 

 

Ajaran Para Tokoh Agama Sejak Lama:

Pak Keuchik menjelaskan kepada saya bahwa kehidupan di masa kejayaan  Sultan Iskandar muda merupakan akar sejarah dan identitas orang aceh yang terus dipertahankan sampai saat ini.  Sebagaimana diketahui bahwa dalam masa Kesultanan Aceh, yang berkuasa dari tahun 1607 sampai 1636.  Aceh mencapai kejayaannya pada masa kepemimpinan Sultan  Iskandar Muda, di mana daerah kekuasaannya yang semakin besar dan reputasi internasional sebagai pusat dari perdagangan dan pembelajaran tentang Islam. Namanya kini diabadikan pada Bandar Udara Internasional Sultan Iskandar Muda di Aceh. (wikipedia)

Pak Keuchik bertutur bahwa di Aceh kesadaran agama diturunkan dari keluarga, diturunkan oleh Nenek, Kakek dan Para tetua di gampong.  Para tetua sejak lama menceritakan identitas dan cara mereka beragama yang harus diikut diantaranya adalah pada saat memasuk SD orang Aceh harus menguasai bacaan kitab permulaan yang biasa disebut kitab alat (zaman, matan taqrib, jurumiah).  SMP harus sudah bisa baca kitab bajuri (kitab fiqah, kita sebut fiqih/ kitab kuning), dan seterusnya meningkat bajuri jilid selanjutnya. Demikian itu menjadi aturan menurut riwayat orang-orang tua di Kampung. Kearifan lokal yang menjadi pedoman berkehidupan, tentang bagaimana warga aceh menghargai agama dalam kehidupannya.  

 

Pelaksanaan Syariat Islam di Gampong Kualabakong

Di daerah Gampong Kualabakong saat ini diterapkan aturan tidak boleh ada lelaki memakai celana pendek, karena itu aurat.  Demikian pula tidak boleh ada wanita baligh yang keluar tanpa menggunakan jilbab, termasuk memakai jeans. Aturan Ini dilaksanakan dengan sangat ketat, bagi warga dan tamu yang datang.

Seharusnya aturan ini berlaku di semua desa, tetapi kurang berjalan” ungkapnya dengan harapan dan keyakinan.  Leluhur pak Keuchik mengajarkan nilai-nilai islam dalam setiap kesempatan, bahkan melalui bahasa tutur dalam proses pengasuhan. Perbincangan dengan anak dan dengan cucu selalu bertema agama.  Beliau menuturkan pentingnya iman. “Orang yang sudah iman, akan memakmurkan komunitasnya menjadi cahaya bagi kehidupan banyak orang, sementara orang yang bermasalah, sekalipun dijaga, akan selalu mencari cara untuk bermaksiat” katanya memberi penegasan kepada saya.

 

Menolak Wisata

Pak Keuchik berpendapat bahwa wisata tidak boleh dikembangkan karena menimbulkan dampak yang luar biasa. Kegiatan yang  membawa bahaya  luar biasa. Kita Ingin Indonesia tahu bahwa Aceh adalah sumber keberkahan ketika berIslam. Menjalani syariat, karena hidup sementara, untuk berjuang menjalankan syariat” demikian pak keucik memberikan penjelasan panjang lebar. 

Ketika ditanya tentang apakah ada dialog para pemimpin Aceh dengan pusat, beliau nampak ragu, karena itulah yang membuat beliau dengan lirih menyampaikan perasan “ Islamkan kami, orang Aceh, itulah. Kirim tentara untuk kami membantu lebih islam, ajak orang-orang untuk masuk Islam dengan baik, ingatkan yang belum shalat berjamaah, tingkatkan kami dalam ketaatan., Jaga agar tidak ada orang maksiat” katanya dengan penuh pengharapan.

 

Kami mengakhiri pertemuan sekitar pukul 23 dengan niat untuk bertemu kembali dengan pak Keuchik dalam kesempatan yang berbeda. Saya juga berjanji akan menuliskan pertemuan ini dalam bentuk tulisan. “jangan pulang dari Aceh jika nanti belum berkunjung ke Kualabakong menikmati ikan bakarnya” katanya beberapa waktu lalu melalui pesan di sosial media kepada saya.!

Semoga!

1 Komentar

Silahkan LOGIN untuk berkomentar.