4 tahun yang lalu
Oleh: Aa Subandoyo

FAKTA DAN INFO GARUT TERBARU : Darurat Rentenir


Seorang buruh tani wanita di sentra pertanian Kecamatan Cikajang Kabupaten Garut beberapa bulan lalu sangat galau, dengan suara tercekat dia minta tolong, “tulungan” katanya ketika menceritakan  beratnya membayar hutang pada rentenir.   Hidupnya sangat menderita oleh hutang, dalam kondisi normal saja belum dapat hidup layak, apalagi terjebak hutang yang membengkak.  Ibu buruh tani itu tak kuasa berkata-kata lagi, karena dia terjebak hutang yang awalnya 5 juta, telah berkembang menjadi 7,5 juta sementara ia hanya seorang buruh tani dengan penghasilan 30 ribu per hari sebagai buruh..

Beruntung ibu tersebut menjadi salah satu pekerja dari petani kentang berinisial R (tidak mau disebut nama lengkapnya). Petani  yang tinggal di arah ke kecamatan Bungbulang tersebut baik hati. Ia bersedia menyisihkan  uang pribadi hasil panen untuk melunasi pinjaman pekerja.  R  menuturkan bahwa rasa kasihan yang mendorongnya membantu dua pekerjanya melunasi hutangnya. R bukan petani sukses tetapi dia petani peduli, yang dengan iklas menyisihkan Ro. 10 juta untuk dua orang pekerjanya melunasi hutang.  Tentu saja R tidak mau membayar bunganya dan hanya mau membayar pokoknya saja!

Di desa pertanian tersebut, banyak buruh tani terjebak rentenir. Bentuknya macam-macam, hanya yang paling menjerat adalah yang menggunakan sistem tanggung renteng. Ada puluhan kelompok  warga yang jerjebak rentenir yang berkedok “kelompok pinjaman”.  Penghasilan  wanita buruh tani sebesar Rp. 30.000 per hari jika pergi ke kebun,  jika tidak ada yang menyuruh dia tidak dapat penghasilan.  Dari hasil simulasi pinjaman dalam satu desa yang terpapar rentenir, terindikasi jumlah bunga rentenir dari satu desa saja bisa mencapai 1,8 M.

Jumlah bunga rentenir di satu desa yang sudah sangat terpapar sangat besar.  Kalau dihitung secara sepintas bahkan lebih besar dari total APBDes desa tersebut dalam satu tahun. Sangat ironis dan menyedihkan.

Kehidupan yang berat secara ekonomi dan godaan konsumsi yang tinggi adalah masalah yang cukup menjadi pemicu. Kondisi inilah yang memudahkan rentenir untuk masuk secara perlahan, ibarat candu, pertamanya  pinjaman sangat kecil, perlahan tapi pasti pinjaman dinaikan.  Sebelum lunas sudah ditawari pinjaman baru. Lama lama  warga sudah makin terbiasa dengan rentenir, dan baru menyadari ketika sudah tidak bisa lagi membayar.  Gali lubang tutup lubang akan berakhir dengan lubang semakin besar. 


Klipaa mendapati cerita lain dari tokoh masyarakat yang juga pengasuh pondok al Qonaah di Kampung Dano Cikajang   CENG ZENI MOHAMAD IQBAL. SE.  Ia  menuturkan  bahwa fenomena rentenir yang mewabah juga terjadi di wilayahnya.  Kondisinya sudah sangat akut karena bahkan ada  keluarga terusir dari rumahnya sendiri karena “dirampas” oleh rentenir.   Menurut Ustad pengajar ini, masyarakat sebenarnya  sudah tahu bahwa itu haram, tetapi karena awalnya terdesak oleh kebutuhan maka kemudian terjebak lebih dalam.  “Perlu ada solusi dari semua pihak dan tanpa saling menyalahkan, tentu sanya solusinya harus didiskusikan bersama” ungkapnya.

Ditemui secara terpisah, ketua Baznas Garut, H Rd Aas Kosasih menuturkan tugas Baznas untuk mengatasi masalah itu. Baznas hadir untuk menjadi bagian dari solusi ummat. Baznas siap menjadi bagian dari solusi persoalan masyarakat, bukan saja soal rentenir, tapi juga soal pendidikan dan bahkan mengenai bantuan kerusuhan wamena provinsi Papua yang menimbulkan kerugian material bagi masyarakatpun menjadi salah satu perhatian baznas.   

Pada kesempatan lain, fenomena rentenir juga diungkapkan oleh salah satu peserta pembekalan KKN STAIM Al Musadadiyah. Ia menceritakan bahwa di Kadungora ada satu kelompok warga yang bahkan mempunyai hutang pada rentenir sampai dengan 400 juta.  Sungguh sangat kuat mencengkeram, sangat masive, dan telah menimbulkan masalah yang semakin berat di masyarakat.

Dari berbagai perbincangan di masyarakat Rentenir sudah mewabah di Garut.  Sangat mudah ditemui orang yang menawari pinjaman berbunga tinggi  di sekitar Garut kota, Kecamatan Tarogong, Kecamatan Tarogong Kidul, bahkan ke Sukawening, Cikajang, Cihurip.  Belum ada penelitian dan data komprehensif, tetapi diindikasi sudah sangat masif. 

Warga yang semakin resah menunggu langkah nyata dan solutif dari pihak-pihak yang terkait.  Harapan warga tertuju pada MUI, Pemerintah Daerah, para tokoh Garut, dan juga aparat keamanan, untuk mencari solusi bersama. Mereka yang menjadi korban, mungkin saja salah, tapi  kalaulah memang salah tidak bisa dibiarkan tak berdaya, tenggelam, dan semakin menderita!

#klipaa

#bahayariba

#dosariba

#faktagarut

#HdGteam

#cibunar

#cihurip

0 Komentar

Silahkan LOGIN untuk berkomentar.