4 tahun yang lalu
Oleh: Garut Wedding Org

IBUKOTA BARU, BUAYA, DAN BUAYA DARAT!


“Buaya itu gak apa apa…  dia Kawan”

Demikian kata bupati Penajam Pasir Utara  Abdul Gafur Mas'ud  santai sambil tersenyum menatap kamera televisi.  Perkataan itu keluar dari mulut bupati menanggapi pembawa acara yang bertanya soal keberadaan buaya di muara sungai penajam.

Wawancara itu membuat banyak orang bertanya-tanya seberapa banyak buaya di ibukota negara baru itu. Karena mungkin publik masih belum terbiasa melihat buaya di alam liar, dan apalagi calon ibukota negara.

“alangkah ngerinya” mungkin demikian yang dibayangkan

Oh ya bagi yang belum tahu penajam paser Utara, Kabupaten ini terletak di Kalimantan Timur sangat dekat dengan Kota Balikpapan.  Dari Balikpapan kita bisa naik perahu kolotok, atau naik speed boat membelah teluk balikpapan.    Hanya perlu 20 menit menggunakan speedboat atau 40 menitan menggunakan perahu kayu bermesin tempel untuik sampai ke Pelabuhan Penajam paser utara.

Kita Bisa juga naik kapal ferry besar ke Penajam sekitar 2 jam, Cuma harus menunggu cukup lama di pelabuahn. Naik Ferry sangat tidak dianjurkan bagi yang pertama datang, karena lama dan susah aksesnya. Kecuali jika kita membawa kendaraan roda empat untuk dibawa serta. 

Rasanya tidak ada seorangpun warga penajam yang  menggunakan kapal ferry untuk bolak balik ke Kota Balikpapan, kecuali jika mereka membawa Mobil.

Naik perahu kolotok sangat praktis buat yang membawa kendaraan roda dua.  Motor diturunkan ke dalam perahu  dengan mudah sudah siap para petugas yang terampil menurun naikan motor ke dalam perahu.  Bagi yang jarang bepergian naik perahu, mungkin heran, mengapa motor diturunkan ke perahu bukan di naikan?  

Motor penumpang memang diturunkan  ke atas perahu, karena  pelabuan di atas laut bukan di pinggir pantai.  Jarak antara motor dengan perahu sekitar 2 meter ke bawah.

Berita tentang buaya menjadi semacam gimmick Ibukkota baru. Dalam berita lain, Menko Luhut Pandjaitan juga  menanggapi pertanyaan wartawan tentang buaya dengan santai. Menteri berseloroh  bahwa tidak masalah calon ibukota negara RI ada buanyanya, “Yang penting jangan buaya darat” katanya!

 Nah ini dia,  gimmick berita lain, ibukota, buaya, dan buaya darat!


Entah  siapa yang mulai,  buaya sering identik dengan pria dengan banyak cinta, Istilah “buaya darat” disebut juga dengan istilah pria “hidung belang” yang tentu sangat tidak enak didengar. 

Para pria umumnya berkilah bahwa di dunia ini tidak ada pria yang bertipe  “buaya darat”, atau hidung belang. Mereka lebih suka mengaku sebagai lelaki dengan pesona tinggi dan  apresiatif. Umumnya dianggap sangat negatif karena mudah jatuh cinta, sekalipun bisa saja dia tipe  pria berlimpah cinta!

Kembali ke buaya, sebenarnya buaya adalah salah satu bagian dari ekosistem penting di muara sungai. Buaya menempati  top predator dalam rantai makanan.  Keberadaan top predator merupakan indikator bahwa lingkungan masih terjaga.

 

Kalau habitat sungai  sudah rusak akibat tercemar dan kekeringan, maka tidak ada ikan, tentu saja buaya akan hilang dan mati.

Jadi selagi ada buaya, sebagaimana kita temukan dengan mudah di Aceh dan sebagian wilayah Indonesia lainnya, artinya lingkungan masih baik!

Nah lalu bagaimana dengan buaya darat?

 

#HDGteam

#GWO

#cintasejati

#klipaa.com

0 Komentar

Silahkan LOGIN untuk berkomentar.