4 tahun yang lalu
Oleh: Aa Subandoyo

KOPI SANG PEMBEBAS DARI SEGALA “PERBUDAKAN MERK” ELIT KELAS DUNIA


Jaman ini konon katanya tidak kekinian kalau tidak suka ngopi kopi arabika. Kopi yang saya maksudkan adalah kopi yang diolah secara serius dari biji kopi dipetik merah, diolah dengan benar dan 100 persen asli tanpa campuran.  Kopi itu berharga kalau tanpa campuran, karena mencampur kopi  bagi para penikmat kopi adalah aib, dan  tidakan yang memalukan.

Kopi mengajari kita untuk kembali pada yang asli, bukan palsu, bukan pencitraan seperti kebanyak kopi merk terkenal yang sangat kuat pencitraannya lewat iklan di televisi.  Lelaki sejati sudah keren kalau sudah bisa ngopi asli apalagi kopi Garut yang rasanya “juara dunia.  Kopi itu semacam bahasa  pergaulan universal yang saat ini menyeruak menjadi semacam kewajiban sosial.

Para pecinta kopi telah cinta mati, jadi sudal lebih dari sekedar suka kopi.  Saking cintanya, sehingga kalaupun ada orang ngopi berlebihan atau bahkan ketergantungan, bahkan diyakini sebagai “hebat”

Lelaki pecinta kopi sejati.

Di Kabupaten Garut  demam tinggi kopi telah mewabah bukan saja di lereng papandayan, tapi sudah sampai ke daerah Cihurip Garut selatan yang membrand kopi dengan “kopi cihurip” atau kopi “puncak pikiran”.


Kopi Cihurip yang awalnya underdog, saat ini sudah duduk di elit kopi Garut,  siap berdiskusi dengan siapapun yang tidak setuju!

Garut dalam kaitan kopi memang super keren, keren suburnya, keren luasnya, dan keren para petani, dan para pembuat kopi berkualitas.

Ucapan terima kasih juga pada puluhan tempat ngopi yang menyenangkan.  Luas lahan produktif  berada dalam ketinggian 1000 MDPL cukup luas. Potensi lahan kopi di ladang PHBM saja  mendekati 50.000 Ha (kalau tidak percaya lihat saja data PHBM  di Garut yang berkisar angka 74.000 Ha)

 Bagi para pengopi fanatik bahkan ngopi tanpa gula dianggap lebih keren, walaupun sebagian lebih senang kopi dengan gula, tapi banyak orang memaksakan diri dengan kopi pait, biar kelihatan penuh selera, macho, gaul, dan kharismatik.

 Nah pada level selanjutnya lebih keren lagi kalau sudah bisa bercerita tentang rasa kopi kepada orang lain. Karena bagi para penikmat kopi, rasa kopi itu tidak sekedar pait, ada manisnya, ada levelnya, ada asemnya, yang tentu saja diobrolkan tanpa bisa diukur secara matematik, karena tidak ukuran mirip termometer yang dapat mengukur rasa kopi secara obyektif dengan sekali celup.

Yang menarik dari perbincangan kopi itu karena subyektif. Setiap orang bebas bercerita tentang kopinya yang edun, rasa juara dunia, tidak ada duanya, atau kopi dengan proses pengolahan penuh cinta.

 Kopi menjadi sangat  menarik bagi para penikmatnya,  karena memberi kemerdekaan bagi siapapun untuk bicara sepuasnya, mengapresiasi sampai dewer, atau berdiskusi sampai larut hanya untuk membedakan mana rasa kopi yang lebih keren antara kopi garut, kopi papandayan, kopi pangalengan, kopi toraja, kopi lampung, kopi aceh atau kopi kintamani!

Karena kopi adalah produk egaliter, tanpa kasta, menembus batas,  maka cocok untuk berkembang di jaman ini. Selain itu tentu saja menarik karena pada setiap cangkirnya selalu memberi kejutan, yang akan dengan semangat kita ceritakan.  Sttt.. bukan kejutan kopi pangku ya….,karena kopi pangku kata teman saya bukan tentang kopi tetapi tentang “mangku”.



Satu hal yang paling saya sukai dari perbicangan kopi diantara para penikmat kopi adalah rontoknya merk merk kopi terkenal, katakanlah starbuck sebagai simbol ngopi berkelas.  Eksistensi tempat ngopi kelas dunia di perbicangan para penggemar fanatik  kopi sejati,  rasanya dapat urutan no 16. Tentu urutan 1 nya adalah kopi lokal yang dibuat bukan sekedar untuk bisnis, tapi kopi yang dibuat dengan hati, dengan selera, dan dengan cinta, bahkan mungkin dengan sepenuh jiwa:

 seperti cinta pertama yang dijaga dengan sepenuh jiwa raga.

Tidak ada merk elit dan juara dunia  yang diagungkan di perbincangan kopi. Mereka memuja karyanya sendiri, kampungnya sendiri, gunung tempat kopinya tumbuh, menceritakan kehebatan petaninya, juga menceritakan tentang proses detail pengolahan kopi yang dibuatnya menjadi fenomenal.

Jadi bagi saya -yang sedang belajar kopi pada maestro kopi garut dari Kampung Seupan Areuy Desa Cintaasih Kecamatan Cisurupan Garut bernama Abah Away- kopi ini cocok untuk mengobati bangsa minder yang sering sangat semangat bercerita tentang merk lain, usaha lain, kebudayaan lain, tokoh lain, usaha orang lain, dan kesuksesan orang lain.

Dan mencela kebudayaan lokal, tokoh lokal, usaha lokal, dan kesuksesan lokal.

Saya bersyukur atas penciptaan Alloh atas kopi..,  Secangkir kopi Garut dengan rasa juara telah menjadi obat rendah diri merk lokal atas  merk-merk berkelas dunia yang berhasil meracuni kita, dan rasa kopi pait itu seperti menjadi pembebas segala tetek bengek  keminderan yang telah berurat berakar dalam kehidupan kita!

Sruput.. sruput…

2 Komentar

Silahkan LOGIN untuk berkomentar.