4 tahun yang lalu
Oleh: Yan Yan Nurjani

Sepedah Menembus Dimensi Waktu

Sejak kecil saya berkeinginan punya sepedah seperti teman-teman kebanyakan. Semua kegiatan selalu dibarengi dengan sepedah misalnya, berangkat ke sekolah pakai sepedah,  berangkat sekolah agama dengan sepedah, bermain menjelang adzan maghribpun dilakukan dengan hadirnya sepedah meskipun hanya muter-muter di tanah kosong atau halaman tetangga yang luas hal itu dilakukan setiap hari. 

Waktu begitu cepat berlalu hingga saya selelesai sekolah di salah satu Perguruan Tinggi Swasta yang ada di Tasikmalaya Tahun 2011, sejak tahun itu saya belajar untuk mengabdikan diri sebagai seorang tenaga pengajar di SD Negeri 03 Cisurupan Kec. Cisurupan, dengan honor yang lumayan untuk seorang bujangan saya sisihkan untuk membeli sepeda yang diinginkan meskipun masih polos sepedah yang cocok untuk dipakai.

Hasil uang sisihan dalam beberapa bulan sudah terkumpul lumayan besar, dan saya coba mencari toko sepedah di seputaran Garut yang menyediakan sepedah yang pas dengan keuangan di saku. akhirnya saya berkunjung ke toko Peed Junior, ternyata banayk pilihan jenis sepedah mulai dari bentuk, warna, dan variasi lain yang membuat rasa keinginan untuk memilikinya meningkat. Namun, apalah daya kemampuan beli saya hanya mampu membeli sepedah dengan merk Pasifik (Kodiak).

Rasa tidak sabar ingin segera memakai sepedah tersebut semakin meningkat setelah jam 15.00 sepeda belum juga diantar ke rumah, rasa gelisah makin menjadi setelah waktu maghrib lewat pihak toko masih belum memberi kabar sepedah saya kapan sampai di rimah. kegelisahan gundah gulana berakhir begitu sajah setelah saya melakukan shalat isya bahwasanya supir toko memberi kabar bahwa dirinya sudah berada di lapang Alun-alun Cisurupan.

Dengan rasa bahagia yang tidak bisa saya ungkapkan, akupun menjemputnya dengan sedikit berlari ke lapang alun-alun di mana si supir pengantar sepedah tersebut menunggu. Setelah menerimanya sepedahpun langsung dipake dan dibawa pulang, meskipun jarak yang lumayan jauh dan sedikit nanjak tidak membuat saya lelah mengayuhnya bahkan gelapnya malampun tidak membuat takut di jalan.

Hari minggu merupakan harinya orang-orang berolahraga, pada hari minggu itu merupakan hari pertama saya ikut partisipasi dalam kegiatan olahraga sepedah. Tujuan pertama saya adalah Batu Tumpang (Kecamatan Cikajang), sepanjang jalan saya menemui pesepeda yang lain, pada saat itu pula bel sepedah dibunyikan sambil lambayan tangan yang selalu menyapa. 

90 menit untuk pertama kalinya saya samapai di lokasi, di sana banyak pesepeda lain yang sudah terlebih dahulu sampai. Ternyata anak-anak, seumuran bahkan orang tua pun saya jumpai, jabat tangan, senyuman dan juga ucapan selamat menyapa saya yang baru datang.

Rasa lelah penantian punya sepedah, besepedah keliling kampung bahkan lewat 3 Kecamatan saya lalui, bermain bersama dengan pemakai sepedah dilakukan bareng dengan berbagai usia dari anak-anak terlebih dengan yang usianya sudah 70 tahun.  Memang begitulah adanya harapan saya untuk bersepedah tidak cukup sampai SMP, SMA, Kuliah, terwujud pada saat di mana kesadaran untuk bersabar sudah matang.

 

 

2 Komentar

Silahkan LOGIN untuk berkomentar.