2 tahun yang lalu
Oleh: Subandoyo

MARI MEMBANGUN INDONESIA DARI GOT


Perdebatan Got

Ada kejadian tidak lazim ketika seorang Jokowi turun ke Got di Jakarta, jagat media ramai. Di satu sisi menyerang bahwa Jokowi tidak ada kerjaan strategis, pencitraan, dan keterlaluan. Padahal, banyak hal penting lain yang harus dikerjakan oleh pejabat selain melihat Got.

“Dia Oon Banget sih” kira kira begitu kekesalan mereka  yang tidak bersetuju.

Di sisi lain para pecinta melihat beliau sebagai sosok yang total dalam mencintai rakyat, sangat detail dalam memimpin, merakyat, tidak sombong, dan memastikan semua hal berjalan sebagai instruksinya.

“Jokowi itu pemimpin otentik, merakyat, keren” kata para pendukung.

Ramai bersahutan di facebook, di website, di platform digital lain, mereka tak menemukan titik temu, karena sikap terhadap kejadiannya sudah beda.

Para pecinta hanya ketemu dengan para pecinta, para pembenci pun demikian  terkonsolidasi dengan para pembenci.  Perdebatan meruncing, waktu terbuang, banyak yang marah banyak hati  terluka.

Bagi saya cinta dan benci boleh saja, sebagaimana suka dan tidak suka, setuju tidak setuju, merah dan kuning.  Berbeda membuat hidup penuh warna. Coba bayangkan sekalipun kita semuda dengan warna daun kehijauan di kebun rimbun itu teduh tapi kalau seluruh dunia berwana hijau kan gak asyik.

Apapun yang terlampau seragam tidak asyik. Kontur alam semesta pun kalau semua berupa dataran yang rata gak ada indah indahnya.  bayangkan jika seluruh dunia rata seperti di Karawang, Cirebon, Indramayu. Tidak akan ada air terjun indah di Asahan, Kesejukan lembang Bandung Barat  juga Pesona Kabut Dieng yang eksotik. 

Perbedaan itu keren,  yang gak keren itu saling hujat saling serang, saling merasa benar sendiri, lalu menghina orang lain.  Akan menyeramkan ketika perbedaan ditarik ke wilayah benar salah. Ada juga yang menarik ke arah  nasionalis dan tidak nasionalis, perbedaan ditarik ke arah mengancam negara dan membangun negara.

Yang berbeda disebut radikal, disebut ekstrimis, disebut tidak cinta negara juga tidak baik

Cape deh…kita mungkin perlu kembali ke bangku sekolah dasar, mengenal kembali bahaya devide et impera, dan sama sama mengikuti upacara bendera di halaman sekolah dasar, sambil dengan keras membaca sila ketiga pancasila “Persatuan Indonesia”


Membaca Got Dengan Cara Berbeda

Oh ya kita kembali ke judul.  Kok enggak asyik banget sih judul artikel ini. Bisa bisanya judulnya membangun Indonesia dari Got!

Saya tidak sedang merendahkan kecintaan pada Indonesia, saking indahnya Indonesia itu adalah zamrud Kathulistiwa. Masa membangun Zamrud Khatulistiwa dari Got, yang benar saja!

Got itu kalau dalam ilmu digital maketing mirip  story telling.  Got itu bercerita banyak sekali hal. Kalau di Perguruan tinggi, got itu adalah perpustakaan pusat yang disitu banyak data hasil penelitian penting. Jika era industri 4.0 got itu mirip data cloud computing, yang juga menyimpan data.

Itulah Got!

Got mirip story Teling yang bercerita tentang seberapa besar anggaran pembangunan diserap dan dilaksanakan, dia cerita tentang keberpihakan dan modus korupsi pengurangan dimensi fisik bangunan.

Got menceritakan postur anggaran, wawasan tatakelola kota para pejabat, kesanggupan maintenance setelah membangun. Got juga menceritakan apakah sebuah kota dipelihara dengan baik, dan menunjukkan apakah kota itu sehat atau sakit?

Perhatikan dengan seksama Got kota, maka jika Gotnya sehat drainase sehat, hujan sederas apapun akan teralirkan dengan baik ke sungai. Got nya sakit, hujan sedikit saja akan jadi genangan, banjir, bau, dan jijik.

Got itu mirip perpusatakaan, karena dari Got kita bisa baca seberapa beradab warga sebuah kota, apakah mempunyai peradaban yang tinggi dalam mengelola sampah plastik, atau egois membuang sampah seenak dirinya sendiri. Got juga bercerita tentang apa saya yang dikonsumsi kota, bagaimana sebarannya.

Popok, bungkus bumbu masak, plastik bungkus makanan online, pasta gigi, bungkus shampo, pecahan kaca, sisa lampu bohlam, kabel, dan jajajan jajanan junk food, berkumpul di Got menceritakan kehidupan kota.

Got juga bercerita tentang nilai gotong royong, saling peduli, saling ringan tangan. Lihat saja got got di permukiman, got yang bersih bersih penduduknya biasanya lebih guyub, lebih saling bertanggungjawab.

Got pun seperti data cloud computing. Yang terkoneksi dengan ribuan rumah, mungkin puluhan ribu perilaku, puluhan ribu hasrat, puluhan ribu gaya hidup manusia manusia yang hidup di atasnya. Semua akan singgah di Got Got kota sebelum pergi didorong  di sungai.  Got itu big data banget, karena betul betul sumber data penting tentang perilaku, tentang tatakelola birokrasi, tentang kebudayaan, tentang masa depan.


Got Baik Indonesia Baik

Wah jadi jlimet ini pembahasan saya. Saya ingin buat yang simple saja tentang Got. Jika kita bisa membangun dan mengelola saluran air di kota sehingga lebih jernih, saluran air yang dibiarkan sebagian terbuka sehingga bahkan ikan lele dan gabus bisa hidup, maka kita optimis bisa membangun Indonesia.

Jika kita gagal mengelola Got, got ramai ramai ditutup dengan beton, di dalamnya penuh sampah dan tikus, maka seperti itulah gambaran kebudayaan kita. Karena Got adalah big data, dan potret paling jujur dari sebuah tatakelola kehidupan ini.

Mungkin tata kelola kita masih serupa seperti got yang kita kelola, bukan got got luar negeri seperti di film film. Kita masih tertinggal dalam pengelolaan:  

Bau, tertutup, sampah, dan banyak tikus!

0 Komentar

Silahkan LOGIN untuk berkomentar.