2 tahun yang lalu
Oleh: Subandoyo

BERI LEBIH BANYAK DANA DESA UNTUK PEMUDA AGAR DESA MAJU INDONESIA MAJU


Apa Kabar Generasi Terbaik?

Apa kabar anak muda di desa anda? Apakah mereka diajak serta dalam membangun desa? Atau jangan jangan mereka terpinggirkan, dan secara tidak sadar dipinggirkan.   Mereka anak muda  potensial tidak diberi ruang kreasi yang cukup. Jangan-jangan mereka  ibarat burung elang  muda dikurung di sangkar emas. Mereka tak punya peran sosial, apalagi di masa pandemi mereka hanya  ditemani gadget, bantal,   motor dan uang jajan.

Ini adalah masalah besar yang harus segera diberi solusi.

Bukankah anak muda yang berusia di bawah 30 tahun itu sedang dalam periode  usia emas.  Mereka mempunyai daya tangkap  terhadap informasi yang bagus, kemampuan belajar digital lebih  tinggi, dan punya energi perubahan masyarakat cukup besar. Di sisi lain mereka juga bisa lebih fokus dan kolaboratif dengan sesama anak muda.  Urusan dan ambisi belum banyak sehingga  tidak ada konflik kepentingan untuk memperkaya diri, mementingkan kelompok tertentu.   

Apakah mereka tidak layak dipercaya?

Mungkin sebagian tokoh masyarakat, kepala desa, LPM dan Lembaga Kemasyarakatan Desa lain  berpendapat bahwa anak muda  di desa sudah diberi ruang.  Anak muda sudah diberi kesempatan mengorganisasi  diri  di Karangtaruna, sudah diberi anggaran pelatihan, diberi alat musik, diberi kaos  diberi pelatihan digital.

“Sudah diberi ruang besar, sudah dikasih nasihat, sudah diminta membuat proposal, tapi ya enggak jalan jalan”, begitu mungkin kata sebagian tokoh desa

Mungkin itu benar, tapi sama sekali tidak cukup, bukan  hanya itu caranya membuat anak muda lebih keren.    Anak muda harus diberi tantangan lebih  besar yang  menurut mereka menarik secara kolektif. Mereka itu suka ditantang, diberi target, diberi kepercayaan bukan suka dinasehati, disuruh suruh, dilarang-larang.

Anak Muda Yang Terasing di Desanya Sendiri

Sudah bukan rahasia umum kalau  pemuda dewasa ini sekedar untuk mengetahui jumlah  RW dalam satu desa saja tidak tahu. Coba tanya kepada mereka tentang  Musdes, RPJMDes, RKPDes akan banyak yang asing.  Anak muda sebagai agen of change, terasing dalam dinamika, nafas, dan gerak kehidupan di desanya sendiri.

Anak muda sangat jarang dilibatkan dalam hal hal berikut:

1.       Tidak dilibatkan dalam perencanaan pembangunan desa dalam musyawarah desa dimana mereka menyampaikan rencana besar, diberi kesempatan untuk menyampaikan pandangan anak muda secara khusus

2.       Tidak dilibatkan dalam mendesain  penyelesaian masalah masalah desa, misalnya bagaimana ditanya dan diberi kepercayaan untuk menyelesaikan masalah desa bebas sampah, desa bebas lapar dan desa belajar

3.       Tidak dilibatkan dalam mengelola tataruang desa. Padahal mereka jika diberi kesempatan dapat membuat gambar tiga dimensi untuk alun alun, jalan, gang, dan landmark desa dengan kreatifitas mereka

anak muda biasanya hanya dilibatkan dalam hal hal berikut:

1.       Perayaan hari besar baik hari besar keagamaan maupun hari besar nasional

2.       Pengembangan olahraga

3.       Kesenian (kreatifitas pemuda)

 Peran peran anak muda masih yang sifatnya seremonial belum peran peran yang lebih substansial. Padahal mereka perlu tantangan dan kontribusi lebih besar. 

Akibatnya sangat menyedihkan, Peran generasi muda dalam pembangunan itu selalu indah dalam kata kata tapi buruk rupa dalam pemberian peranan, terutama di desa. Desa desa di Indonesia mayoritas nyaris tanpa sentuhan pemuda. Coba perhatikan di desa manapun anda masuki, baik di Jawa, Bali, Kalimantan Sumatera, bahkan Papua.

 

Beri Tantangan Anak Muda Yang Menarik Menurut Mereka

 Kalau mereka  tidak diberi chalange yang menarik mereka akan lebih suka main games sampai lupa sarapan, malas bangun dan apalagi mandi selalu telat. Malas baca buku tapi hobi nyanyi teriak teriak, malas bantu orang tua tapi sangat rajin main motor minggu pagi.

 Banyak yang terjebak pada fenomena kemerosotan moral anak muda yang makin kurang etika.  Maka tontonan sinetron disalahkan, konten youtobe disalahkan, gaya hidup hedon disalahkan, iklan jadi kambing hitam telah membuat anak muda  susah diatur, selalu berfikir instan, bergaya hidup hedonisme dan tidak peka pada soal soal keluarga.

Untuk memberikan tantangan yang menarik, maka pemerintah desa perlu mengalokasikan dana untuk membuat pertemuan anak muda, paling tidak di masing masing RW baru nanti di desa. Kenapa di masing-masing RW tidak langsung karang taruna desa?. Agar potensi potensi anak muda selain yang aktif di karang taruna tergali dengan baik.

1.       Beri anggaran untuk menata keindahan desa

2.       Beri anggaran untuk jaringan wifi desa dengan RTRWnet dan sekaligus pengelolaannya

3.       Beri Angaran untuk mengelola RW bebas sampah, bebas lapar, dan RW belajar yang dilombakan hasilnya setiap Agustus.

4.       Anggaran lain yang ditemukan pada saat pertemuan dengan mereka

Nah tantangan tersebut harus disertai dengan indikator keberhasilan, pertanggungjawaban dan tentu saja anggaran. Tunggu kapan lagi berpihak kepada pemuda, ayolah dana desa sudah sering cair dan anak muda selalu tidak diberi uang cukup. Beri mereka anggaran yang jauh lebih besar, karena membangun jalan kampung sudah selesai, membangun kirmir sudah oke, jalan lingkungan, gor balaidesa sudah keren keren. Saatnya membangun generasi muda.

 Secara proporsional mereka layak mendapat 40% dari dana desa pos pemberdayaan dan pembinaan.  Nilainya bisa 200 juta sampai 300 jutaan.

Sebagai penutup tulisan ini, ingin menggarisbawahi bahwa Keberpihakan di desa harus ditandai dengan keberpihakan anggaran, berpihak dan mendukung anak muda tanpa dukungan anggaran adalah dusta.

0 Komentar

Silahkan LOGIN untuk berkomentar.