5 tahun yang lalu
Oleh: Aa Subandoyo

SURAT CINTA BUAT PARA POLITISI


Pohon Bukan Tempat Baligo

Era kampanye dengan poster di tempel di pohon sudah selesai. Walau pendekatan kuno itu masih dipakai sampai sekarang.  Caleg berharap calon pemilih yang berpandangan kuno pun memilihnya.  Tapi tentu saja pendekatan kuno itu akan gagal.

Dalam hidup dari mulai bangun tidur sampai tidur lagi, calon pemilih  mendapatkan informasi visual ribuan jumlahnya. Ada Informasi  visual tentang artis  di televisi.  Di  keseharaian hidupnya dia berhadapan juga dengan informasi lingkungan, cucian numpuk,  dan kerjaan di depan komputer atau di ruang kerja.   Sadarkah wahai para politii bahwa  poster politik hanya bagian kecil saja dari total informasi yang masuk, mungkin  hanya  0,01 persen saja. Belum tentu mereka ingat dan kalaupun ingat belum tentu dianggap penting.   

Pendekatan kuno yang tragis bukan?

Mari kita lihat lebih jujur, bukankah poster atau baligo itu hanya menampilkan wajah, nama, partai, nomor urut dan dapil. Tidak menyampaikan apa apa lagi yang berkesan.  Para politisi hanya sedang kegeerean bahwa namanya akan diingat wajahnya akan diingat dan dengan demikian akan dipilih.

Sama sekali tidak keren!

Politisi akan terkecoh dengan opininya sendiri, sementara calon pemilih lebih mengingat wajah temen dekatnya, mengingat tampilan mobil impiannya, memilih teman, atau tetangganya yang jadi caleg.  Sementara siapapun  politisi yang hadir di pamplet-pamlet dan poster besar hanya akan dilirik, dan kemudian terhapus di ruang memorinya!

Mungkin kecuali yang tampil di baligo  sangat cantik atau ganteng luar biasa!

Zaman Mikro Targeting

Orang harus didekati di jaman ini secara personal. Makanya disebut mikro targeting. Karena pendekatan kelompok besar seperti pendekatan komunikasi pada  petani, pendekatan guru pendekatan tukang beca, pendekatan kampung, pendekatan organisasi massa sudah tidak tepat lagi.

Jika ada yang merasa pendekatan itu efektif di era milenial, maka dapat dipastikan kesimpulannya salah, karena asumsinya salah, orang sudah berubah kok, bukan lagi seperti tahun 1990an dimana teknologi tidak seperti sekarang ini.

Jaman sudah berubah bung, jaman milenial, dimana orang sudah sangat otonom dan mandiri  dalam memilih. Bahkan fenomena Bupati Rudi Gunawan dan istri di Kabupaten Garut, bercerita bahwa ternyata  satu kasurpun beda pilihan partai politik.



Beralihlah ke Digital Marketing Wahai Para Politisi

Wajah dan gagaasan anda  mendatangi handphonenya masing-masing calon pemilih. Bukankah itu sangat personal dan targetnya jelas.  Anda bisa memilihkan siapa, dimana, berupa umurnya, yang ingin anda sapa seara online. Tentu itu calon pemilih yang punya smart phone.   Beda dengan poster, anak anak disuruh lihat, bahkan mahluk mahluk serupa burung, kadal, dan ayam pun melihat poster anda!

Tapi itu juga gak cukup, banyak melihat anda belum tentu membuat jatuh cinta, karena kalau sekedar popular kriminal pun sudah popular. Yang berikutnya politisi harus punya tema, harus punya basis interaksi dan itu bisa kita peroleh dengan berbagai event yang kita rancang dimana anda sponsornya.

Jangan khawatir,  kita ahli dalam perancangan tema-tema perubahan

Jadilah Keren, Jadilah Pemenang

Anda akan dikenal bukan saja partai dan nomor urut, tapi misalnya yang membantu membuat web desa di dua kabupaten, yang memberi hadiah pada pengirim video lomba anak milineal peduli desa, dan sponsor utama yang bikin heboh karena dua orang juara dari desa sebelah dikasih ongkos wisata ke bali 2 hari

Anda menjadi orang yang dikenal, dengan dukungan gagasan bukan sekedar tampang!


#pemiludamai

#indonesiakeren

#politisijujur


0 Komentar

Silahkan LOGIN untuk berkomentar.