Astronomi adalah ilmu yang hampir setua peradaban manusia itu sendiri. Bagaimana tidak, ia lahir bersama dengan kekaguman dan keingintahuan manusia akan langit dan apa yang ada di sana. Kekaguman yang melahirkan pencarian. Tidak masalah apakah pencarian itu kemudian berbuah pada sebuah hasil yang saintifik ataukah ia hanya berhenti pada kaitan budaya dan kehidupan manusia. Kekaguman itulah yang membawa manusia pada kemajuan astronomi melintasi batas budaya dan kepercayaan, berkembang menjadi ilmu pengetahuan yang membawa manusia menjelajah alam semesta yang mungkin di masa lampau tidaklah pernah terbayangkan.
Kata astronomi sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata astron (ἄστρον, "bintang") yang kemudian diberi akhiran -nomi dari nomos (νόμος, "hukum" atau "budaya"). Maka secara harafiah ia bermakna "hukum/budaya bintang-bintang"
Jejak astronomi tertua ditemukan dalam peradaban bangsa Sumeria dan Babilonia yang tinggal di Mesopotamia (3500-3000 SM). Bangsa Sumeria hanya menerapkan bentuk-bentuk dasar astronomi. Pembagian waktu lingkaran menjadi 360 derajat berasal dari bangsa Sumeria.
Sementara Perkembangan astronomi di Indonesia mengalami pertumbuhan yang pesat, dan mendapat pengakuan di tingkat Internasional, seiring dengan semakin banyaknya pakar astronomi asal Indonesia yang terlibat dalam kegiatan astronomi di seluruh dunia, serta banyaknya siswa SMU yang memenangi Olimpiade Astronomi Internasional maupun Olimpiade Astronomi Asia Pasifi.
Demikian juga dengan adanya salah seorang putra terbaik bangsa dalam bidang astronomi di tingkat Internasional, yaitu Profesor Bambang Hidayat yang pernah menjabat sebagai vice president IAU (International Astronomical Union).
Letak astronomis adalah letak suatu tempat berdasarkan garis lintang dan garis bujur. Garis lintang adalah garis-garis yang melingkari atau mengelilingi permukaan bumi secara melintang. Sedangkan garis bujur adalah garis yang menghubungkan kutub Utara dan kutub Selatan.
Letak astronomis Indonesia secara detail berada di antara 6°LU (Lintang Utara) (Pulau Weh, Provinsi Aceh)-11°LS (Lintang Selatan) (Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur) dan 95°BT (Bujur Timur) (Pulau Beureuh, Provinsi Aceh) -141°BT (Bujur Timur) (Merauke, Papua,). Letak astronomis suatu wilayah memiliki pengaruh besar bagi kehidupan masyarakat di wilayah tersebut. Hal ini karena letak astronomis dapat memengaruhi iklim dan zona waktu di suatu wilayah.
Berdasarkan letak astronomisnya, Indonesia memiliki iklim tropis. Indonesia dilalui oleh garis khatulistiwa sehingga hanya memiliki 2 musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Dengan letak astronomis, Indonenesia memiliki tiga pembagian waktu, yakni Waktu Indonesia Barat (WIB), Waktu Indonesia bagian Timur (WIT) dan Waktu Indonesia bagian Tengah (WITA).
Silahkan LOGIN untuk berkomentar.