Tradisi Ziarah Kubur di Keluarga

Ziarah kubur adalah kunjungan ke tempat pemakaman baik pemakaman umum maupun pribadi yang dilakukan secara individu atau berkelompok dengan tujuan mendoakan saudara atau keluarga yang telah meninggal dunia agar diberikan kedudukan atau tempat yang layak di sisi Allah SWT.

Dari kegiatan ziarah kubur ini, bila dilihat dari perspektif Islam, ternyata banyak kandungan nilai-nilai positif seperti nilai akidah, akhlak dan ibadah. Selain itu, ayah saya selalu berpesan ketika kita berziarah kubur agar kita semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT., semakin yakin dan kuat keimanannya untuk mencari amal sebanyak mungkin dan menjadikan kita untuk selalu mengingat akan kematian.

Pada saat lebaran tiba, sehabis sholat Idul Fitri sebelum bersilaturahmi ke sanak saudara biasanya ayah selalu mengajak kepada ibu, saya dan kakak-kakak saya untuk berziarah ke makam kakek-nenek maupun saudara-saudara yang telah meninggal untuk dibacakan yasin, tahlil dan berdoa serta membersihkan makam dari rerumputan liar. Alasan ayah selalu mengajak anak-anaknya pergi ziarah tak lain agar tradisi ziarah tetap terjaga dan berharap kepada anak-anaknya agar melakukan hal yang sama dikemudian hari untuk mendoakan orang tuanya apabila sudah tiada, serta mengajarkan kepada anak-anaknya untuk memahami apa arti kehidupan yang sesungguhnya. Bahwasanya kehidupan yang kekal dan abadi adalah kehidupan di akhirat. Dan kehidupan di dunia ini hanyalah sebuah pelabuhan untuk kita mempersiapkan diri menuju akhirat sana.

Melaksanakan ziarah kubur tidak hanya dilaksanakan pada saat Hari Raya Idul Fitri saja, melainkan pada hari-hari tertentu. Bahkan sebelum melaksanakan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan, di antara anggota keluarga kerap melaksanakan ziarah kubur.

Menurut ibu saya, selain kita mendoakan para almarhum-almarhumah, dalam berziarah kita juga bisa bersilaturahmi dengan sanak saudara yang melakukan hal yang sama sehingga silaturahmi dan komunikasi tetap terjalin dengan sesama.

Dikatakannya pula, melaksanakan ziarah kubur merupakan bentuk perhatian dan hormat serta kasih sayang terhadap orang tua yang sudah meninggal, sebab tidak ada lagi yang bisa kita lakukan untuk membahagiakannya, kita hanya bisa memberikan doa kepada orang tua kita yang sudah meninggal agar dilapangkan kuburnya.

Pada lebaran-lebaran sebelumnya, dalam berziarah biasanya selalu dipimpin oleh ayah saya sendiri yang memimpin pembacaan yasin, tahlil serta doa-doanya. Namun lebaran tahun ini berbeda, ayah terjatuh sakit yang sudah dideritanya sejak beberapa tahun terakhir. Sehingga anak cucunya serta keluarga yang lainnya berkumpul di rumah untuk memberikan doa dan semangat kepada ayah agar bisa sembuh dari sakitnya.

Segala usaha juga harapan dan doa dari keluarga tak henti-hentinya diupayakan dan diberikan untuk kesembuhan ayah. Namun takdir berkehendak lain, beberapa hari setelah hari raya Idul Fitri Allah SWT memanggil ayah untuk menghadap-Nya, menuju tempat yang sangat ayah rindukan, yaitu kembali kepada Sang Pencipta Yang Maha Pengasih juga Maha Penyayang.

Kini ayah sudah berpulang ke rahmatullah, sehingga tidak dapat lagi memimpin pembacaan doa pada saat ziarah, namun pesan-pesan dan semangat ayah akan terus terwariskan kepada anak cucunya agar selalu mempersiapkan diri sebelum kembali kepada Sang Pencipta. Sepeninggal ayah, tradisi ziarah kubur tidak hanya dilakukan pada saat lebaran tiba, namun kini setiap hari Jumat setelah selesai sholat Jumat sebisa mungkin apabila tidak ada halangan, saya, kakak-kakak beserta keluarga yang lain menyempatkan diri untuk berziarah ke makam ayah. Kami selalu berdoa agar ayah kami senantiasa dilapangkan kuburnya, diterima iman islamnya serta ditempatkan di tempat terbaik di sisi-Nya.

Kehilangan memang memilukan, tapi kehilangan hanya ada ketika kita sudah merasa memiliki. Lalu bagaimana kalau kita tidak merasa memiliki? Dan sebaiknya kita jangan terlalu merasa memiliki. Sebaliknya, kita malah yang harus merasa dimiliki oleh Sang Maha Pemilik.

#utsisbd