3 tahun yang lalu
Oleh: Asda

Musibah Banjir dan Bencana Alam Lainnya di Garut Bagian Selatan

Air adalah sumber utama bagi kehidupan manusia dan Hujan adalah karunia Allah SWT yang membawa air sebagai kebutuhan hidup utama bagi makhluk hidup, sampai-sampai ada shalat Istisqa’ yang bertujuan untuk memohon turunnya hujan apabila terjadi kemarau yang panjang. 

Hujan besar yang turun dalam waktu kurang lebih dari 8 jam pekan kemarin Senin, 12 Oktober 2020, melanda sebagian kecil wilayah Garut bagian Selatan yang menyebabkan luapan Sungai Cipalebuh dan Sungai Cikaso di Kecamatan Pameungpeuk, Sungai Cibera di Kecamatan Cibalong dan Sungai Cipasarangan di Kecamatan Cikelet yang membawa dampak Banjir Bandang pada pukul 05.30 pagi yang memporak-porandakan perkampungan di pedesaan dan Tanah Longsor di beberapa Kecamatan. Walhasil kita seolah-olah bermusuhan dengan air karena datangnya dalam jumlah besar yang tidak terkontrol.

Seharusnya hal tersebut tidak terjadi, apabila manusia tidak membuat kerusakan di muka bumi. Aliran air sebenarnya mempunyai skenario yang indah. Sebagian air akan meresap ke gunung-gunung menuju tempat penampungan, namun untuk terjadinya proses ini, peran tumbuhan sangat penting. Tumbuhan dan perakarannya dapat membuat aliran air menjadi lebih lembut dan lambat, memberikan waktu yang cukup untuk aliran air meresap menuju kantong penampungan. Selain itu pepohonan ini juga melindungi tanah agar tidak terseret oleh aliran air. Sebagian air akan mengalir menuju sungai-sungai sampai akhirnya menuju lautan. Dalam keadaan yang normal, kemampuan air meresap melalui pori-pori tanah adalah lamban, yaitu 2 cm/jam saja. Kondisi ini sangat ideal untuk mencegah erosi dan menyuburkan tanah. Namun saat ini skenario indah tersebut menjadi rusak. Hujan selama 8 jam saja sudah menyebabkan banjir di mana-mana yang diikuti dengan tanah longsor.

Kecepatan aliran air banjir ini begitu sangat kencang sehingga meluluhlantakkan apa-apa yang dilewatinya. Tanah-tanah gundul menjadi jenuh dengan air lalu runtuh atau longsor. Bencana ini tak urung mengakibatkan hilangnya harta bahkan nyawa manusia. Longsoran terhadap pemukiman, longsoran yang memutuskan jalan raya, banjir yang meluap, jembatan putus, rumah yang hanyut serta tenggelamnya sawah, dan seterusnya. Kita hanya dapat menangis pilu bersedih menanggung derita ataupun memikirkan nasib saudara yang kemalangan. Semuanya terkena dampak negatif, dan yang lebih miris lagi, dampak negatif banjir tehadap pertanian bersifat jangka panjang.

Menurut UU No.24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, bencana adalah rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat sehingga menyebabkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta dan dampak psikologis.

Secara sebab terjadinya, bencana alam ada dua jenis, yaitu bencana alam murni dan bencana alam yang disebabkan oleh manusia. Yang patut direnungkan oleh kita, ternyata banjir adalah bencana alam yang disebabkan oleh manusia. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa kitalah pembawa bencana itu sendiri.

Dalam analisis multi bencana teridentifikasi bahwa banjir memberikan dampak besar kedua setelah tsunami, namun frekuensi kejadian (probabilitasnya) adalah paling besar sehingga banjir ini menjadi bencana paling berat berbanding jenis bencana-bencana lain seperti gempa, tanah longsor, abrasi, kekeringan, tsunami, puting beliung, epidemic, kebakaran dan letusan gunung berapi.

Satu penyebab utama rusaknya skenario indah aliran air adalah rusaknya hutan. Penebangan pepohonan hutan yang tidak tepat adalah puncaknya. Memang usaha penebangan kayu ini menguntungkan sebagian pihak dalam waktu singkat, namun kerugian yang ditimbulkan adalah jauh lebih besar berdampak jangka panjang terhadap seluruh negeri. Hutan adalah paru-paru bumi, sehingga program sayangi hutan perlu dikumandangkan kepada seluruh lapisan masyarakat. Bagaimana cara kita menyayangi hutan? Pertama, dengan menghentikan segala tindakan perambahan hutan, baik penebangan liar maupun pembukaan lahan hutan untuk pertanian. Kedua, kita dapat memikirkan dan melaksanakan program penanaman pohon di tempat-tempat yang telah gundul (program penghijauan).

Lalu, apakah dengan program sayangi hutan ini kita akan kelaparan, miskin atau menderita? sebagian telah mengakui dengan jujur bahwa alasan mereka melakukan illegal logging adalah karena tidak mempunyai alternatif pekerjaan lain. nah, inilah yang harus kita luruskan kembali. Sungguh banyak cara-cara mengais rezeki yang produktif dan halal sehingga diberkati oleh Allah SWT. 

Pemerintah telah membagi dua jenis kawasan hutan yaitu hutan lindung dan hutan produksi. Masyarakat berpeluang untuk memanfaatkan hutan produksi, terutama dengan pembinaan yang tepat dari pemerintah, NGO, maupun pihak swasta. Bentuk-bentuk pemanfaatan hutan tanpa merusak hutan seperti wisata hutan dapat dikembangkan dalam bentuk museum, pendidikan, dan bahkan olahraga dan relaksasi seperti walking on the tree, dan lain sebagainya.

Masyarakat pinggiran hutan dapat bertindak secara aktif dalam usaha perlindungan hutan, sementara masyarakat kota tidak boleh tinggal diam untuk turut mendukung program sayangi hutan, misalnya dengan membina budaya membuang sampah pada tempatnya atau dengan mengumpulkan dana untuk penyelamatan hutan. Banjir harus dicegah oleh kita semua karena banjir dapat melanda seluruh wilayah. Banjir tidak hanya terjadi pada daerah yang curah hujannya tinggi karena banjir kiriman dapat pula terjadi, Kemacetan saluran air (drainase) karena penumpukan sampah juga sering menjadi penyebab banjir lokal.

Pemahaman petani tentang pentingnya menjaga hutan dan menerapkan sistem pertanian yang ramah lingkungan akan menjadi kekuatan besar dalam rangka menyelamatkan alam. Jumlah petani yang dominan, serta lokasi domisili yang dekat dengan hutan adalah peluang untuk peningkatan peran petani dalam melindungi alam. Petani bukanlah elemen masyarakat yang lemah karena pada saat ini konstribusi pertanian terhadap PDRB mengungguli kontribusi sektor-sektor lain.

Mari kita bangun diskusi-diskusi di Garut Bagian Selatan ini ... membicarakan tindakan yang dapat dibuat untuk menghentikan illegal logging dan melakukan penghijauan kembali pada daerah yang gundul. Apabila ada unsur luar yang datang mengganggu hutan kita, setidaknya ketika kita sudah komit untuk menjadi penjaga hutan, maka dengan sangat bermartabat kita dapat melakukan usaha pembelaan terhadap hutan. Pertanian dan hutan adalah saudara kembar yang tidak bisa dipisahkan, kehancuran hutan sama maknanya dengan kehancuran pertanian. Banjir yang menenggelamkan persawahan akan menggagalkan satu musim pertanian. Jangan sampai hal ini terjadi lagi...

Bentuk-bentuk kesatuan lain dapat terus kita bangun demi usaha penyelamatan bumi di Garut bagian Selatan dari musibah banjir dan bencana alam lainnya. Dengan doa dan usaha, warga Masyarakat Garut Bagian Selatan akan berjaya menjaga buminya. Insya Allah.

@asda_thejourney

#MusibahBanjir #BencanaAlam #Stop #IllegalLogging ##JagaAlam #JagaBumi #GarutSelatan

2 Komentar

Silahkan LOGIN untuk berkomentar.