3 tahun yang lalu
Oleh: Chairunnisa Ilmi

Pangaosan Sasihan Dengan Segala Kekhasannya di Kampung Adat Dukuh | Rangkaian Saba Budaya Kampung Adat Dukuh

Pada minggu pertama bulan Oktober, di tengah padatnya kuliah online. Saya sempatkan diri untuk bermukim di kampung adat Dukuh yang terletak di kecamatan Cikelet, Garut.

Salah satu acara peribadatan secara komunal yang pertama kali saya lakukan disini adalah Pangaosan Sasihan. Yakni ssebuah acara pengajian yang diikuti oleh warga Dukuh Lebet. Acara ini dilakukan sebulan sekali di minggu kedua setiap bulan Masehi. Ajengan yang memimpin pengajian biasanya didatangkan dari luar daerah. Tak jarang Ajengan tersebut membawa serta santrinya pula, sekitar 10 sampai 15 orang. 

 Acara dilakukan di malam hari, warga mulai berkumpul sehabis sholat Isya. Ditengah pekatnya malam, warga berdatangan satu persatu lengkap dengan membawa damar sebagai penerang jalan. Para lelaki memakai pangsi sementara perempuan kebanyakan memakai sarung dengan kerudung panjang seperut. Semua orang duduk mengelilingi Ajengan.

 Acara ini diadakan di Bale Adat. Bale Adat merupakan rumah Mama Uluk dan keturunannya. Rumah ini merupakan salah satu rumah yang paling luas diantara rumah adat yang lain. Banyak sekali peziarah yang menginap disini ketika terpaksa harus bermalam. Ada dapur besar lengkap dengan alat memasak yang ukurannya pun besar. Di bagian dapur ini atapnya menghitam karena diterpa asap Hawu setiap hari. Ada lemari besar tempat menyimpan perlengkapan makan, juga beberapa karung hasil kebun kiriman dari peziarah yang disimpan di pinggir lemari. Di pinggir bilik ini telah disediakan berkat (makanan matang) yang berupa nasi, lauk, dan cemilan, disusun di dalam baskom. Hanya ada beberapa damar yang dinyalakan, yakni damar milik sang empunya rumah yang digantung di tengah-tengah kumpulan orang. Cahaya redup, lantunan ayat suci, menambah kekhusyukan beribadah.

 Perempuan dan lelaki duduk di ruangan yang berbeda, perempuan duduk di tempat yang dekat dapur. Lalu disekat bilik bamboo, duduklah lelaki yang jumlahnya selalu melebihi perempuan. Kedua ruangan tersebut dihubungkan oleh satu pintu sehingga para perempuan masih bisa melihat Ajengan meski sedikit terhalang. 

Acara pengajian dimulai dengan melantunkan sholawat kepada nabi Muhammad SAW, semua orang mengikuti apa yang Ajengan ucapkan, lalu dilanjutkan dengan ceramah, kali ini tentang keutamaan berziarah, dan diakhiri dengan dzikir dengan gaya yang khas seperti mengucapkan Laailaahailallah berulang kali, semakin lama temponya semakin cepat hingga hanya terdengar sayup ‘Ilallaha’. Para hadirin menyimak dan mengikuti acara dengan khidmat, beberapa orang terlihat terkantuk sesekali. 

Di pertengahan acara, saat ceramah, hadirin dibagikan cemilan berupa pisang goreng dan keripik pisang yang dibungkus plastik. Beberapa perempuan terlebih anak-anak banyak yang telungkup lalu lama-lama tertidur karena kantuk yang tak tertahankan, tapi hanya sebentar saja, setelah itu mereka duduk lagi. Saya perhatikan, banyak orang membicarakan Damar mereka yang telah bertransformasi menjadi Senter. Di kalangan masyarakat adat Dukuh yang sederhana, senter merupakan salah satu alat yang sering diobrolkan, terlebih jika senter tersebut bagus cahayanya. 

Obrolan tentang senter tersebut antara lain seperti menanyakan harganya, darimana membelinya, dan kelebihan senter yang ia miliki. Suasana kekeluargaan erat terasa, terlebih karena warga disini saling terikat kekerabatan satu sama lain sehingga pengajian ini dapat disebut sebagai pengajian keluarga besar. Sebuah suasana yang hanya ditemui satahun sekali apabila di lingkungan masyarakat biasa (semi urban) yakni pada momentum Iedul Fitri. 

Acara berakhir pada pukul 11 malam, masing-masing orang diberi nasi bungkus lengkap dengan lauknya yang berupa gulai daging Domba, berkat dari peziarah. Warga pulang dengan membawa damar dan makanannya. Berduyun-duyun menuju rumahnya masing-masing sembari berkelakar. Sampai di rumah biasanya warga makan berkat tersebut sebelum akhirnya istirahat.

#kampungadat #dukuh #cikelet #ciroyom #sababudaya

0 Komentar

Silahkan LOGIN untuk berkomentar.