Manusia merupakan tujuan atau objek sasaran pendidikan. Pada dasarnya manusia berbeda dengan hewan.
A. Sifat Hakikat Manusia
Landasan dan tujuan pendidikan itu sendiri sifatnya filosofis normatif. Landasan filosofis karena unutk mendapatkan landasan yang kukuh diperlukan adanya kajian yang bersifat mendasar, sistematis, dan universal tentang ciri hakiki manusia. Bersifat normatif karena pendidikan mempunyai tugas untuk menumbuhkembangkan sifat hakikat manusia tersebut sebagai sesuatu yang bersifat luhur, dan hal itu menjadi keharusan
=> Wujud sifat hakikat manusia
Dalam hal ini Umar Tirtahardja dan S.L.La Sulo, 2010 memaparkan wujud sifat manusia (yang tidak dimiliki oleh hewan) yang dikemukakan oleh paham eksistensialisme, dengan maksud menjadi masukan dalam membenahi konsep pendidikan yaitu:
a. Kemampuan menyadari diri.
b. Kemampuan bereksistensi
c. Kata hati
d. Moral
e. Tanggung jawab.
f. Rasa kebebasan
g. Kewajiban dan hak
h. Kemampuan menghayati kebahagiaan
B. B. Dimensi-Dimensi Hakikat Manusia Serta Potensi, Keunikan, Dan Dinamikanya
1.
Dimensi Keindividualan
Dikatakan oleh Lyson bahwa individu adalah orang seorang, sesuatu yang
merupakan suatu keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (in devide). Selanjutnya
individu diartikan juga sebagai sebagai pribadi (Lysen, Individu dan
Masyarakat: 4). Setiap anak manusia yang dilahirkan ke dunia ini sebenarnya
telah memiliki potensi. Potensi yang dimaksud menurut penulis seperti yang
dikemukakan oleh Gardner. Ia menyatakan bahwa manusia memiliki tujuh
kecerdasan, yaitu kecerdasan linguistik, kecerdasan logika matematika,
kecerdasan spasial, kecerdasan kinestik tubuh, kecerdasan musik, kecerdasan
interpersonal, kecerdasan intra personal (Campbel, dkk., 2006: 2-3).
2.
Dimensi Kesosialan
Setiap anak yang dilahirkan memiliki potensi sosialitas. Artinya, mereka
dikaruniai benih kemungkinan untuk bergaul. Dengan adanya dorongan untuk
bergaul ini, setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya. Betapa kuatnya
dorongan tersebut sehingga penjara merupakan hukuman yang paling berat
dirasakan oleh setiap manusia karena dengan diasingkan di dalam penjara berarti
diputuskannya dorongan bergaul itu secara mutlak.
3.
Dimensi Kesusilaan
Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang lebih tinggi.
Akan tetapi, di dalam kehidupan bermasyarakat, orang tidak cukup hanya dengan
berbuat yang pantas jika di dalam yang pantas atau sopan itu terkandung
kejahatan terselubung. Oleh karena itu, pengertian susila berkembang sehingga
memiliki perluasan arti menjadi kebaikan yang lebih. Dalam bahasa ilmiah sering
digunakan sering digunakan istilah yang mempunyai konotasi berbeda yaitu etiket
(persoalan kesopanan) dan etika (persoalan kebaikan).
4.
Dimensi Keberagamaan
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk beragama. Beragama merupakan kebutuhan
manusia karena manusia adalah makhluk yang lemah sehingga memerlukan tempat
bertopang. Manusia memerlukan agama untuk keselamatan hidupnya. Dapat dikatakan
bahwa agama menjadi sandaran vertikal manusia. Manusia dapat menghayati agama
melalui proses pendidikan manusia.
C. C. Pengembangan Dimensi-Dimensi Hakikat Manusia
Pengembangan dimensi-dimensi hakikat manusia ada dua, yaitu :
1. Pengembangan yang utuh
Tingkat keutuhan perkembangan dimensi hakikat manusia ditentukan oleh dua faktor, yaitu kualitas dimensi hakikat manusia itu sendiri dan kualitas pendidikan yang disediakan untuk memberikan pelayanan atas perkembangannya.
2. Pengembangan yang tidak utuh
Pengembangan yang tidak utuh terhadap dimensi hakikat manusia akan terjadi didalam proses pengembangan jika ada unsur dimensi hakikat manusia yang terabaikan untuk ditangani, misalnya dimensi kesosialan didominasi oleh pengembangan dimensi keindividualan ataupun domain afektif didominasi oleh pengembangan dimensi keindividualan ataupun domain afektif didominasi oleh pengembangan domain kognitif. Demikian pula secara vertical ada domain tingkah laku terabaikan penanganannya. Pengembangan yang tidak utuh berakibat terbentuknya kepribadian yang pincang dan tidak mentap pengambangan semacam ini merupakan pengembangan yang patologis.
D. D. Sosok Manusia Indonesia Seutuhnya
Sosok manusia Indonesia seutuhnya telah di rumuskan di dalam GBNH mengenai arah pembangunan jangka panjang. Dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan di dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Hal ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar kemajuan lahirlah, seperti pangan, sandang, perumahan, dan kesehatan. Tetapi juga mengejar kepuasaan batiniah seperti pendidikan, rasa aman, bebas mengeluarkan pendapat yang bertanggung jawab atau rasa keadilan, melainkan keselarasan, keserasian dan kseimbangan antara kedua sekaligus batiniah.
Silahkan LOGIN untuk berkomentar.