3 tahun yang lalu
Oleh: M Fauzan Irsyad

COVID-19 (Alarm: "Membuka Mata—Membuka Hati")

Hari ini, tepatnya di perhujung tahun 2019 lalu. Indonesia dan dunia digemparkan dengan kedatangannya Pandemi Covid-19 yang mengacu pada perspektif buruk di masyarakat luas. Banyak pula statement mengenai kedatangan pandemi tersebut, namun dalam bahasan kali ini, bukan itu yang ditinjau. Melainkan sebuah acuan orang gila untuk mendobrak sedikitnya alarm yang berbunyi mengetuk hati sanu bari dalan ranah yang sedikit inklusif dan terkadang harus bersikap komprehensif. 

Atas dalil kemanusiaan. Pandemi Covid-19 sekurang-kurangnya merupakan panggung bagi manusia untuk berbuat kebajikan, guna menebus kehilapan dan ke-alfaannya. Karena, dalam kacamata Stay at Home yang diajukan pada PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), ini benar ditujukan pada segenap mata yang mengaku jiwa humanitas bagi kalangan masyarakat yang menjadikankan nya sebuah jargon. Dengan opini itu pula, tidak sedikit masyarakat malah menjadikannya sebagai kenegatifan dalam prilakunya, seperti penyebaran berita hoax, menakuti dengan cara membuat sosmed yang bersangkutan, serta menakut-nakuti akan dampak yang terisolisir dalam bentuk individualisme yang buruk. Sehingga, daya imun yang dikelurakan tubuh dalam pikiran yang "Positif Thinking" pun sedikit demi sedikit malah menjadi "Negatif Thinking". 


Apa Peran Yang Harus di Peruntukan ? 

Dalam estorika tatarannya, Pandemi Covid-19 bukan lagi menjadi isu kesehatan, melainkan sebuah resolusi gerakan penyadaran untuk "Membuka Mata Membuka Hati" yang acuannya akan menyentuh pada aspek kehidupan sosial masyarakat (humanitas), termasuk juga ekonomi dan para manusia terpinggirkan. Oleh karena itu, penting adanya untuk kita saling bahu membahu dalam tataran menciptakan ruang-ruang Khoirunnas Anfa'uhum Linnas sebagai bentuk reinterpretasi dari ibadah ritual kita. Yang mana direkap menjadi sebuah tataran saling mengulurkan tangan dalam menciptakan sebuah kebermanfaatan antara satu dengan lain hal, pun untuk menolong sesama bagi mereka yang terdampak dan bagi mereka yang berjuang digarda terdepan serta yang hidup dengan segala keterbatasan. 

Untuk saat ini pula, ketika PSBB mulai diterapkan dan statement #dirumahaja menjadi beredar, maka diperuntukannya sebuah kontribusi seluruh lapisan masyarakat untuk saling melengkapi kekurangan mereka,  baik itu bentuk kepercayaan, motivasi, barang, uang, makanan, waktu, tenaga dan lain sebagainya yang bisa disebut sebagai karya. Atas dalil itu pula, kepekaan kita atas kasus semacam ini sangat diperlukan, guna memberantas dan memberhentikan mata rantai penyambungan Pandemi Covid-19 ini. 


Aksi Nyata

Ini bisa dijadikan sebuah argumentatif yang kuat dikala Pandemi tersebuh mewarnai tempat tinggal mereka, yang sadar atau tidak sadar, keluarga (para pencari nafkah) yang sedang bekerja diluar tempat istri dan anaknta tinggal kini menjadi PHK (putus harapan kerja), karena selain dari menurunnya bentuk skala ekonomi untuk di ekspor ke beberapa daerah, instansi dan semacamnya menjadi tidak karuan bahkan mulai tidak seimbang, sehingga banyak dari mereka yang memutuskan para pekerjanya dengan sebutan halus, yaitu PHK. 

Oleh karena itu pula, minimalnya kita mampu memberikan nya pangan dan sembako yang menjadi penunjang keluarnya terdampak tersebut, bahkan yang langsung terdampak Covid-19 tersebut dengan cara-cara yang telah dipaparkan sebelumnya diatas. Jika kita hari ini masih makan dengan nasi, maka apa kabar dengan mereka yang tiap hari makan dengan harapan ?? 


Kaloboratif-Inovatif

Ini merupakan sebuah estorika tataran dalam hal pertama, yakni Aksi Nyata. Dengan kata lain, ketika melakukan hal tersebut, sebuah kaloboratif-inovatif harus hadir guna menutupi para relawan dan tim terntentu yang terkadang lemah dibidang tertentu, dengan kata lain, bagaimana caranya untuk menyempurnakan dalam bidang lain oleh yang lebih menguasainya (saling melengkapi). Sebutlah para mereka yang taunya hanya aksi tanpa memikirkan hal mekanisme dan cara inovasi semacam apa yang harus mereka gunakan. 

Oleh karena itu, kita disini dituntut untuk saling melengkapi antara satu dengan lain hal, bukan malah menjadikannya sebuah penindasan agar eksistensi kita naik: dengan dasar argument mengalahkan orang yang kita anggap musuh. 

Dengan kata lain pula, hal semacam ini sangat lah harus dijalankan dengan kacamata yang bersih dan relevan, agar ketika menjalankan dan menutipi lubang ditengah kain yang rapi dapat terjait dengan sempurna dan menguntungkan antara satu dengan lain hal. Sebab yang kita acukan adalah kebermanfaatan, bukan semata-mata penindasan. 


Wasathiyah (tengah-tengah) 

Sikap semacam ini pula perlu hadir ditataran masyarakat hari ini, ketika adanya jenazah yang mati karena wabah tersebut dan pandangan keagamaan yang mulai melampui batas, maka disinilah aksi kita dihadirkan, guna meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang lebih baik dengan cara tidak membedakan antara hal semacam tadi dengan rasa kecemasan dalan diri pribadi. Kita lahir bukan hanya sekedar dalan estorika agama turunan, kita lahir dan memilih karena bentuk karunia yang diekspor dalam dunia nyata. 

Oleh karena itu, ketika orang lain membuatnya menjadi acuan buruk, maka disini kita harus bersikap sebaliknya daripada mereka. Sebab sebuah dalil kemanusiaan tidak hadir semata-mata dengan sendirinya, melainkan dengan tataran yang telah di susun nan indah oleh sang Maha Pencipta untuk hidup manusia yang lebih berarti. 

Menjadi baik memang tak mudah, oleh karenanya diperlukan pemahaman study yang mendalam, ilmu yang komprehensif, dan hati sanu bari yang meningkatkan kualitas hidup (iman dan takwa) yang selaras serta tataran yang bersifat Shirotol Mustaqim. 

Maka dengan itu, jika ditinjau ulang, selain dari mekanisme yang di atas, kacamata lainnya juga akan menyinari matanya ketika ini di interpretasikan dalam 3P. Yaitu Pencerdasan, Pemberdayaan dan Pembebasan. 


Pencerdasan

Dialog disini merupakan upaya dalam mencerdaskan kerangka mengentaskan kesalahan-kesalahan yang selama ini mencakup dan menikung para individualisme yang keliru. Ketika strategi persuasif-reedukatif ini dijalankan melalui pendirian, opini dan pendapat kaum muda tentang realitas sosial yang timpang disekitarnya. Oleh karena itu, posisi ide; Pandangan hidup, pandangan dunia dan nilai-nilai humanitas memiliki posisi yang sentral. Karena, penyebab utama perubahan adalah ide (ilmu). 

Ide memberikan banyak pengaruh terhadap perkembangan masyarakat yang secara tidak langsung menerjemahkan ayat yang ada didalam Al-Qur'an, yang perubahannya melewati interperensi sosial (implementasi).

Upaya pencerdasan yang diarahkan pada kesadaran, yakni sebagai kaum muda yang dapat mengubah sosial dengan arah eksklusifnya, sehingga lahirlah aksi nyata tanpa wacana. Kemudian, kepribadian yang memandang realitas dengan kritis, memiliki rasa toleran/keterbukaan (pikiran yang ingin saling melengkapinkekurang orang lain), mengumpulkan kritik, dan mempertanyakan tentang apa yang terjadi dengan realitas yang ada dalam situasi hari ini, serta mengumpulkannya dalam perkembangan menjadi lebih baik.


Pemberdayaan

Pemberdayaan lahir dari hubungan tanpa dominasi antara orang yang akan melakukan pemberdayaan dan kaum biasa. Artinya, hubungan tanpa dominasipun terwujud dari sikap dialogis dalam hubungan dan komunikasi. Dialogis sendiri dengan sikap kerendahan hatinya, merupakan perjumpaan antara manusia dengan dunia dan interaksi yang ber-implementasi secara nyata dalam Aksi Nyata keikutsertaan dalam Pandemi Covid-19. Yang kemudian diarahkan pada pemberdayaan yang melibatkan trilogi antara dua manusia: Pemberdayaan dialegtika dan kaum muda yang dipertemukan dalam interaksi antar dunia.

Pemberdayaan sendiri merupakan suatu bentuk peng-organisasian yang berbasis sumber daya guna mereview serta melakukan perubahan, yang kemudian mengusahakan dengan mensyaratkan adanya sikap partisipatoris (sekaligus terlibat sebagai peserta dalam menyelamatkan/menolong) dan yang akhirnya, pelaku pemberdayaanpun dengan tersendirinya akan tersinkronisasi dengan kaum yang terdampak. 

Kemudian, ketentuan selanjutnya adalah persetujuan ide dan pendapat tentang realitas yang akan membantu mendorong dikumpulkan dalam perjuangan untuk perubahan kondisi yang lebih baik.


Pembebasan

Islam sejatinya merupakan agama pembebasan. Kebenaran ini dapat ditemui dalam konsep Tauhid sebagai inti ajaran Islam yang mengandung dimensi pembebasan. Pembebasan yang disetujui di sini adalah upaya yang terintegrasi dan terkoordinir di dalam kerangka yang mudah menjadi kendala manakala ini berasal dari segala bentuk penindasan (orang yang bersangkut pautnya dalam pasien atau relawan Covid-19), yang terlindungi dalam pemikiran dan termarjinalisasikan secara pribadi, kultural dan struktural dalam bingkai teologi transformatif Muhammadiyah, menurut teologi Al-Ma'un. 

Proses pembebasan dilakukan melalui proses transisi sosial. Keterlibatan penyanyi dilakukan lewat proses meng agregasi kepentingan through pembentukan program suatu kebijakan yang didasarkan differences serangkaian kepentingan, yang kemudian di argumentasikan dalam Hablum Minannas sebagai bentuk implementasi dalan Hablum Minallah; serta mengartikulasikan kepentingan, dengan mengeluarkan dan mempublikasikan berbagai kebijakan dan aksi nyata yang ditujukan untuk membantu orang yang kesusahan dalan kehidupan sekitarannya.

6 Komentar

Silahkan LOGIN untuk berkomentar.