3 tahun yang lalu
Oleh: Anisa Diah Puspita Sari

Analisis Pembelajaran daring menggunakan geogebra

Beberapa minggu ini saya sedang senang membahas media pembelajaran matematika yang bernama GeoGebra . Ya, meski terbatas murid-murid yang ada di SMP Fatahilah Depok yang tidak semua siswanya punya Gadget.  Seorang ahli matematika dari Seameo Qitep di Matematika membuat applet untuk pembelajaran segitiga terluas. Dari pembelajaran tersebut saya jadi terinspirasi untuk membuat applet pada materi yang berbeda. Sebuah applet tentang garis tinggi menggunakan Geogebra saya rancang Bagus mungkin untuk pembelajaran berani garis-garis istimewa pada segitiga.

Segitiga yang luasnya sama. 


Sebuah lahan berbentuk segitiga dengan satu sisi menghadap jalan raya akan diwariskan ke tiga anak sama besar. Pembagian seperti pada gambar B dan D bisa digeser-geser sehingga Luas segitiga bisa berubah-ubah. Temukan posisi B dan D jadi lebar empat segitiga sama besar.

Applet ini rencananya akan digunakan sebagai sumber belajar saat belajar daring. Saya bagikan kode Grup, siswa melakukan login , kemudian saya menunggu respon siswa dan diskusi di forum diskusi Grup GeoGebra.

Namun, kenyataan mengatakan lain. Tidak semua siswa di sekolah kami memegang Gadget nya sendiri, rata-rata adalah milik orangtua yang digunakan untuk review bekerja. Siswa tidak memiliki akses terhadap smartphone langsung. Mereka menunggu orangtuanya memberikan HP saat orang tua berhenti bekerja. Yang semula berencana pakai Grup GeoGebra, jadinya kami hanya pakai grup Whatsapp. Alih-alih bisa mengakses GeoGebra Group. Beberapa siswa kesulitan mengaksesnya. Sebagian besar bertanya dan berdiskusi melalui Whatsapp. Akhirnya diskusi selesai melalui Grup Whatsapp saja. Meski begitu, keseruan belajarnya juga tidak tergantikan. Siswa saling berbagi tentang adil tidaknya pembagian lahan tersebut. Ada juga yang membantah karena terlihat sama besar jika dibagi sama panjang, segitiga yang tengah terlihat seperti memiliki luas terbesar. Sebagian besar siswa yang tidak mengerti garis tinggi dari segitiga tersebut.

Saat siswa bingung tentang sama tidaknya yang luas tersebut, saya mengambil peran. Pertanyaan sederhana yang saya ajukan agar mereka bernalar lebih tinggi. "Apa rumus luas segitiga?" Kata saya. Semua siswa ramah-sahutan menjawab L = ½ x alas x tinggi dan semua siswa hapal rumus itu, tetapi tidak begitu paham konsep. Hanya hapal saja. Seperti yang diberikan ahli Pendidikan Matematika Realistik, “Jika matematika diperoleh rumusnya, maka siswa hanya akan menjadi kalkulator, pintar menghitung saja tetapi tidak tahu maksud dari perhitungan tersebut.

Agar diskusi siswa mengembangkan dari mekanistik, saya mengarahkan siswa untuk memamahi garis tinggi dengan beberapa pertanyaan "Agar luasnya sama, berapa banyak nilai a dan t?" Kalau alasnya sudah sama, apa t nya juga sudah sama? ” Mana t untuk segitiga pertama? " Mana t untuk segitiga kedua? " Mana untuk segitiga tiga? ”. Tidak berhenti di sini karena sudah dipastikan siswa tidak akan membahas tentang tinggi segitiga yang tumpul. Pertanyaan bisa ditambahi "mana puncak segitiga I, II, III?" Tinggi segitiga itu mana? “


Semua siswa tertuju pada jawaban yang sama, garis atas ditarik dari puncak segitiga titik C tegak lurus ke alas. Yang artinya tiga segitiga memiliki tinggi yang sama.

Saya puas dengan prestasi siswa, semua siswa pada akhirnya menyelesaikan masalah ini, dengan pembahasan lebih tinggi, tidak perlu menghapal rumus luas, yang lebih penting lagi siswa membahas bagaimana menyelesaikan, berganti dalam pembahasan, mempertanyakan orang lain, serta pantang berhenti.

#UAS

#tugasFI15

0 Komentar

Silahkan LOGIN untuk berkomentar.