3 tahun yang lalu
Oleh: Anisa Diah Puspita Sari

Dampak Kehidupan yang Berkembang

sebelum manusia menjadi salah satu penghuni bumi, tumbuh-tumbuhan lebih dulu tumbuh. Namun menjadi tidak berarti dan usia bumi cepat musnah karena tidak terjadi regenerasi. Kemudian ditambah hewan-hewan yang pada akhirnya saling memakan, apabila bumi punah, maka tidak ada kehidupan, sehingga mnusia diciptakan dengan dianugerahi akal rasa dan karsa dengan tujuan alam dan hewan bisa terus lestari. Itu secara teori nature. Secara teori nurture itu terletak pada sejarah peradaban manusia.

Pada dasarnya saling bergantung. Dan ketika manusia berperilaku berlebihan merugikan makhluk-makhluk lainnya, maka akibatnya akan didapatkan pada masanya nanti. Misal binatang-binatang yg hidup di gunung yang dieksploitasi berpindah tempat, pindah tempatnya bisa saja ke permukiman penduduk jika semua gunung, hutan, ladang pesawahan berubah menjadi central produksi. Sehingga sering terjadi beberapa permukiman penduduk yang diberitakan telah diserang ulat, cacing, serangga atau yang belum lama ini munculnya ular cobra di perumahan dan mungkin suatu saat binatang lainnya akan berdatangan yang tak lazim jumlahnya. Padahal binatang-binatang tersebut tidak menyerang, tapi diundang. Karena habitatnya diusik maka mereka pindah tempat sebagai upaya menyelamatkan diri bukan untuk menyerang manusia.

Seperti covid datang saat ini bukan untuk dilawan karna mereka tidak pernah ngajak tanding atau lomba atau berperang. Tapi dominasi manusia yang mengundang dengan merusak habitat-habitatnya, hewan yang ada telah hidup aman damai dan hewan-hewan tersebut seperti (kelelawar, reptil, serangga, dan binatang-binatang lain yang tidak diperbolehkan untuk dikonsumsi manusia) malah dikonsumsi dengan alasan untuk pengobatan. Ini bagian kecil contoh tentang kebergantungan hewan.

Kemudian akibat dari pengerukan tanpa batas untuk bahan bangunan atau alasan lain yang sifatnya materi. Pada masanya nanti akan meluluhlantahkan sekitar ketika tidak dilestarikan. Contoh banjir yg selalu terjadi, banjir ada jika tanah tidak mampu lagi menyerap karna tanah-tanah yg seharusnya berfungsi sebagai penyerapan tidak lagi bisa difungsikan karna di dalam tanah dominasi bukan lagi tanah, tapi gorong-gorong pondasi besi baja beton yang menghambat penyerapan. Selain itu sering terjadinya gempa karna akibat dari penanaman paku alam yang hampir diseluruh belahan dunia melakukan pembangunan besar-besaran gedung-gedung tinggi yang membutuhkan pondasi dalam serta bangunan-bangunan lain yang tidak support carryng capacity (daya dukung lingkungan). 

Ini gejala-gejala biasa yang sudah kita ketahui sejak belajar ipa saat sekolah, tapi hal sepele ini jika tidak diindahkan maka akibatnya fatal, generasi berikutnya terancam tidak bisa menikmati keindahan alam kenyamanan bumi yang sudah pernah dirasakan generasi sebelumnya. 

Dan ini salah satu contoh gejala yg tidak biasa,  baru saja diambil gambar Badan Antariksa Eropa, bagian dari gunung es terbesar di dunia, A-68 mulai mencair. Rekaman satelit yang diambil oleh Sentinel-1 ini memperlihatkan A-68 baru saja melepaskan bongkahan es yang cukup besar ke perairan utara di semenanjung Antartika.

Dilansir dari Livescience.com, cukup besar, bongkahan es ini berukuran 67,5 mil persegi atau 175 kilometer persegi dan sedang terombang-ambing di perairan yang hangat disekitarnya.Tidak dijelaskan dengan pasti oleh para ilmuwan mengenai penyebab bongkahan gunung es terbesar ini. Namun, diduga kuat hal ini karena pemanasan global yang kian marak terjadi di masa modern ini.

Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Susamto Somowiyarjo, memiliki pandangan sendiri soal pandemik Covid-19. Covid-19 memperpanjang bukti sejarah terancamnya peradaban manusia oleh virus.

Dengan adanya covid, dunia terancam akan kehilangan 1 generasi. seluruh generasi diseluruh dunia terancam tidak bisa melanjutkan kelangsungan hidup dengan normal. Tidak ada ujian tatap muka, tidak ada wisuda, tidak ada tes saringan, tidak ada lagi sekolah favorite yang selalu dibanggakan dicita-citakan sebagaimana  generasi sebelumnya. Titik jenuh e-learning akan berdampak lebih mengerikan secara mental .

Menanggulanginya, harus sadar diri, jika tidak bisa disadarkan dengan teguran, peringatan, maka akan disadarkan dengan bencana kecil, enggak sadar juga makan akan disadarkan dengan bencana besar. Jika tidak sadar pula maka akan dibumihanguskan layaknya tsunami aceh. Jika tidak sadar-sadar pula dengan berbagai bencana, maka Tuhan akan gantikan penghuni bumi dengan manusia lainnya.. 

Sekarang covid melanda, jika manusia berdominan tidak sadar pula akan pentingnya alam dan isinya, maka bisa saja terjadi bencana yang wallahualam.

0 Komentar

Silahkan LOGIN untuk berkomentar.