4 tahun yang lalu
Oleh: Alfi Nur Ikrima

PENDIDIKAN YANG ADIL DAN BERADAB SERTA BERMARTABAT


Pendidikan, terutama pendidikan formal merupakan salah satu proses dalam hidup bermasyarakat dan berbangsa yang penting. Sumber daya manusia terdidik sebagai hasil pendidikan akan besar pengaruhnya pada perkembangan hidup bermasyarakat dan berbangsa. Nilai-nilai dan norma-norma moral yang dijunjung tinggi dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa perlu diperhatikan agar kegiatan pendidikan dapat menghasilkan sumber daya terdidik yang mampu membawa kemajuan sesuai cita-cita masyarakat dan bangsanya. 

Pendidikan dalam pandangan yang luas adalah proses pembentukan pribadi dalam semua aspeknya, yaitu pembentukan aspek jasmani, akal, dan hati. Tujuan pendidikan adalah kegiatan memberikan pengetahuan agar kebudayaan dapat diteruskan dari generasi ke generasi berikutnya (Djumberansyah, 1994:19). 


Proses pendidikan terutama pendidikan di sekolah perlu disesuaikan dengan perkembangan pemikiran rasional yang ditandai kemajuan ilmu dan teknologi, tetapi teori-teori ilmu dan teknologi yang akan disampaikan perlu mempertimbangkan peningkatan dan martabat manusia. Permasalahan utama yang dihadapi dalam proses pendidikan ialah pemilihan nilai-nilai yang harus.

dikembangkan dalam diri anak didik (Arifin, 2000:75).


Landasan ontologis pendidikan akan menganalisis hakikat keberadaan pendidikan yang terkait dengan hakikat keberadaan manusia.


Dalam kaitannya dengan pendidikan, Gutek (1988: 2) mengatakan bahwa metafisika berkaitan dengan perumusan teori dan praktik pendidikan dalam berbagai hal. Subjek, pengalaman dan keterampilan yang termuat di dalam kurikulum merefleksikan konsep tentang kenyataan yang diyakini oleh suatu masyarakat yang menjadi pendukung keberadaan sebuah sekolah. 


Landasan ontologis atau sering juga disebut landasan metafisik merupakan landasan filsafat yang menunjuk pada keberadaan atau substansi sesuatu. 


Misalnya, pendidikan secara ilmiah ditujukan untuk mensistematisasikan konsep-konsep dan praktik pendidikan yang telah dikaji secara metodologis menjadi suatu bentuk pengetahuan tersendiri yang disebut Ilmu Pendidikan. Pengetahuan ilmiah mengenai pendidikan pada hakikatnya dilandasi oleh suatu pemikiran filsafati mengenai manusia sebagai subjek dan objek pendidikan, pandangan tentang alam semesta; tempat manusia hidup bersama, dan pandangan tentang Tuhan sebagai pencipta manusia dan alam semesta tersebut.


Persekolahan mewakili upaya dari pembuat kurikulum, guru-guru dan pengarang buku-buku teks dalam menggambarkan aspek-aspek kenyataaan kepada subjek didik. Contohnya, pelajaran sejarah, geografi, kimia dan lain-lain menggambarkan fase tertentu dari kenyataaan kepada subjek didik.

Epistemologi adalah cabang filsafat yang disebut juga teori mengetahui dan pengetahuan. 

Epistemologi sangat penting bagi para pendidik. Akinpelu (1988: 11) mengatakan bahwa area kajian epistemologi ada relevansinya dengan pendidikan, khususnya untuk kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Pencarian akan pengetahuan dan kebenaran adalah tugas utama baik dalam bidang filsafat/epistemologi maupun pendidikan.

Dalam kaitannya dengan pendidikan, Kneller (1971: 18-19) mengatakan bahwa dipandang dari sudut pandang guru, satu hal yang sangat jelas dan penting dalam kajian epistemologi adalah adanya jenis-jenis pengetahuan yang berbeda. 

Jenis-jenis pengetahuan tersebut adalah pengetahuan wahyu, pengetahuan intuitif (intuisi), pengetahuan rasional, pengetahuan empiris, pengetahuan otoritatif.Jadi, dapat diketahui bahwa dalam kegiatan pendidikan sangat erat dengan epistemologi karena pendidikan selalu berkaitan dengan pemberian pengetahuan oleh pendidik, dan penerimaannya, serta pengembangannya oleh peserta didik. 

Dalam setiap pengetahuan yang disampaikan oleh guru dengan berbagai disiplin ilmu masing-masing terdapat dasar epistemologinya sendiri-sendiri.

Aksiologi merupakan cabang filsafat yang membahas teori-teori nilai dan berusaha menggambarkan apa yang dinamakan dengan kebaikan dan perilaku 

yang baik.

Bagian dari aksiologi adalah etika dan estetika. Etika menunjuk pada 

kajian filsafati tentang nilai-nilai moral dan perilaku manusia. Estetika berkaitan dengan kajian nilai-nilai keindahan dan seni. Metafisika membahas tentang hakikat kenyataan terdalam, sedangkan aksiologi menunjuk pada preskripsi perilaku moral dan keindahan. Para pendidik selalu memperhatikan masalah-masalah yang berkaitan dengan pembentukan nilai-nilai dalam diri para subjek didik dan mendorong ke arah perilaku yang bernilai (Gutek, 1988: 3) 

Secara tidak langsung landasan aksiologis pendidikan tecermin di dalam perumusan tujuan pendidikan. Tatkala orang merancang pendidikan, maka ia harus memulainya dengan merumuskan tujuan yang hendak dicapai. 

Tujuan pendidikan didasarkan oleh nilai-nilai yang diyakini yang berusaha untuk diwujudkan tindakan nyata. Thomas Armstrong (2006: 39) mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk mendukung, mendorong, dan memfasilitasi perkembangan subjek didik sebagai manusia yang utuh (a whole human being).

Secara umum, setiap orang dipengaruhi oleh nilai-nilai yang membentuk perilakunya sepanjang hidup. Anak-anak secara terus-menerus diberitahu bahwa mereka harus melakukan atau tidak boleh melakukan hal-hal tertentu, seperti "cuci tanganmu sebelum makan”, ”kamu tidak boleh memecahkan kaca jendela”, 

”kamu harus mencintai negerimu” yang kesemuanya itu merupakan pernyataan nilai. 

Dalam proses menjadi dewasa, seorang individu menghadapi benturan-benturan dalam upayanya untuk membentuk perilakunya menjadi seperti yangdiinginkan. Secara langsung, orang tua, guru dan masyarakat memberikan hadiah dan hukuman apabila ada perilaku yang sesuai atau menyimpang dari konsepsi tentang kebenaran, kebaikan atau keindahan. Dalam kenyataannya, orang-orang modern, baik laki-laki maupun perempuan hidup di dalam sebuah dunia yang nilai-nilainya saling bertentangan. Secara internasional, nilai-nilai nasionalistik yang menjadi pola berbagai negara bangsa membawa ke arah konflik dan perang. 

Di dalam negeri, ada pertentangan nilai antar-kelas atau kelompok. Secara tradisional, sistem nilai telah dikodifikasi dan diritualkan di dalam prinsip-prinsip etika dari berbagai macam agama besar (Gutek, 1988: 3).

Dari uraian di atas dapat dirangkum hal-hal berikut. Pendidikan secara teoretik maupun praktik dilandasi oleh tiga landasan filsafati, yaitu landasan ontologis, landasan epistemologis, dan landasan aksiologis. Landasan ontologis memberikan dasar bagi pendidikan mengenai pemikiran tentang Yang Ada, yaitu pemikiran tentang Tuhan, manusia, dan alam semesta. Corak pendidikan yang akan dilaksanakan sangat dipengaruhi oleh pandangan tentang Yang Ada tersebut. 

Landasan epistemologis memberikan dasar filsafati bagi teori dan praktik pendidikan dalam hal metode memperoleh pengetahuan. Oleh karena pendidikan itu sangat erat kaitannya dengan ilmu pengetahuan, maka pandangan tentang 

sumber-sumber pengetahuan dan jenis-jenis pengetahuan berpengaruh pula terhadap kurikulum dan metode pengajaran. 

Landasan aksiologis memberikan dasar filsafati dalam hal nilai-nilai yang melandasi teori pendidikan dan menjadi acuan dalam praktik pendidikan; di antaranya nilai-nilai yang diyakini tersebut tecermin dalam perumusan tujuan pendidikan.

#TugasFilsafatIlmu

#tugasFI6

0 Komentar

Silahkan LOGIN untuk berkomentar.