5 tahun yang lalu
Oleh: Aa Subandoyo

DR Ani Marlina, MPd: Sederhananya Solusi Lingkungan, Mau apa Tidak?


DR Ani Marlina, MPd. adalah salah satu wanita asli Garut yang sejak mahasiswa di Garut  sangat tertarik dalam persoalan lingkungan hidup.  Beliau merupakan sosok asli dari Leuwigoong Kabupaten Garut.  Beliau merupakan alumnus program studi biologi dari STKIP Garut, lulus tahun 2007.  Dalam perjalanan hidupnya selalu terlibat secara sepenuh hati pada kependidikan lingkungan hidup.

Minatnya dapat dilihat sejak mahasiswa, ditandai dengan  penelitian untuk skripsi mengambil lokasi di kawasan industri (padat polusi) Sukaregang Garut.  Skripsi yang mengambil lokasi di  sukaregang itu sempat dilombakan dan terpilih menjadi salah satu skripsi terbaik.

Klipaa mewawancarai beliau secara online gagasannya tentang mol (mikroorganisme lokal).  Menurutnya, solusi lingkungan cukup simpel dan dapat dilaksanakan untuk mengatasi persoalan sampah rumah tangga yang jumlahnya sangat besar.  Upaya tersebut bahkan sudah dipraktekaannya bersama mahasiswa bimbingannya secara periodik.


Berikut wawancara secara lebih lengkap:

Ohya bu, sebelum klipaa mewawancara, dari data yang kami peroleh ibu adalah dosen, bisa dijelaskan, dosen dimana dan mengajar mata kuliah apa?

Dosen pada program studi matematika di STKIP Kusumanegara JKT, dan mengajar  pendidikan lingkungan hidup juga di perguruan tinggi yang sama.

Bu, sebagai dosen pendidikan lingkungan hidup, dari banyak isu lingkungan, ibu concern ke masalah apa?

Concern pada masalah kependidikan lingkungan hidup

Mengapa itu menjadi concern, bisa dijelaskan?

Karena dengan pendidikan seseorang dapat terfahamkan secara terarah dalam menghadapi semua masalah.  Sehingga tujuan dan target yang direncanakan mendekati kesempurnaan. Secara umum menjadi penyebab utama kondisi lingkungan yang tidak terperhatikan akibat tingkat kepedulian rendah.  Dengan pendidikan lingkungan yang terarah dan bertahap, diharapkan mampu merubah tingkat kepedulian masyarakat yang rendah menjadi naik.

Apa yang bisa kita lakukan agar masalah-masalah itu dapat diatasi?

Salah satu yang dapat kita lakukan untuk meningkatkan kepedulian masyarakat adalah dengan  pembenahan di lokasi paling dekat.  Pembenahan dapata dimulai dari kondisi lingkungan sekitar tempat tinggal, tempat bekerja, sampai cakupan yang lebih luas. 

Contoh sederhana ajakan  untuk “membuang sampah pada tempatnya”, kalimat tersebut sudah bosan didengar dan dibaca. Namun meski sepele tidak mudah dilaksanakan. Masyarakat belum sadar mengumpulkan sampah dalam kehidupan sehari-hari, terlebih  jika mereka harus memisahkan sampah organik dan anorganik.

 

Kalau rencana Ibu sendiri?

Saya mempunyai rencana untuk melakukan pengabdian masyarakat untuk menggugah  kepedulian masyarakat.  Teknisnya dimulai dari hal sederhana,  dengan pemberdayaan masyarakat dalam hal pembuatan mol organik.

Tahapannya bagaimana bu?

Tahapan mol organik sangat mudah,  yaitu diawali dengan mengumpulkan  semua sampah organik yang bisa didapat dari makanan-makanan basi.  Bisa juga dari makanan yang sudah tidak layak dikonsumsi baik makanan dari buah-buahan, sayur-sayuran, nasi basi dan sebagainya. Kemudian dicampurkan dengan air kelapa, gula pasir serta air lalu diaduk dengan rata dalam wadah secukupnya.

Hasil pengadukan masukan dalam dirigen/wadah yang memiliki penutup yang rapat sambungkan dengan selang dan dirigen kosong yang berisi air biasa.  Proses itu dilakukan agar dalam proses fermentasi tidak menimbulkan bau.

Kira-kira itu biayanya mahal dan prosesnya sulit dalam pembuatan MOL?

Biaya nol organik terbilang murah karena semua bahan dan alat bisa menggunakan barang-barang bekas dan prosesnya tidak ada yang sulit.

Nah dari uraian yang ibu jelaskan tadi, apa yang menjadi kendala?

Kendala dalam pembuatan mol sampai saat ini jika dilihat dari praktek sama sekali tidak ada. Adapun kendalanya hanya dari segi kemauan masyarakat itu sendiri yang menjadi kendala besar.

Apakah ibu yakin kendala itu dapat diatasi?

Tapi saya yakin kendala ini dapat teratasi jika dalam pembuatan MOL dilakukan secara berkelanjutan sehingga masyarakat terus termotivasi dan terpantau.


Khusus mengenai keterlibatan rumah tangga, seberaa besar potensinya dalam mendukung upaya peningkatan kualitas lingkungan

Saya pikir jika seluruh masyarakat tiap rumah melakukan pengelolaan sampah dengan dibuat MOL hasilnya akan sangat fantastis, dahsyat.  Secara langsung volume sampah yang dihasilkan akan menurun drastis.  Pembuatan mol juga  bsa menjadi pembuka lahan pekerjaan  masyarakat karena produknya bernilai tinggi dan ekonomis.

Potensinya akan mendekati kesempurnaan jika terus dilakukan pengelolaan.  Tingkat penyelesaian masalah sampah dengan mol kalau diangkakan bisa mencapai di atas 80%.

Apakah ada kedala pada kultur masyarakat, yang membuat pengelolaan limbah rumah tangga dan sampah di Indonesia secara umum belum keren.

Kendala pada kultur masyarakat yang sangat umum adalah kesibukan pribadi/rutinitas pekerjaan.   Kondisi demikian terbukti menjadi faktor menghambat motivasi masyarakat.  Mereka yang tidak terbiasa cenderung malas melakukan meski di hari libur.

Barangkali ada harapan yang ingin disampaikan?

Harapan saya perlahan masyarakat mampu dan mau melakukan perubahan melalui pembuatan MOL.  Saatnya melakukan perubahan dari hal kecil,  MOL dapat dimanfaatkan untuk mengembalikan kesuburan tanah, penghilang bau, dan sebagai pembasmi hama serta banyak manfaat lainnya.

2 Komentar

Silahkan LOGIN untuk berkomentar.